Ternyata Begini Cara Virus Rabies Menyerang Saraf Manusia
- https://www.yahoo.com/lifestyle/why-little-cat-bite-trigger-191813478.html
Kesehatan, VIVA Bali – Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukan pada Januari-Juli 2024, sebanyak 71 orang Indonesia meninggal dunia akibat positif rabies.
Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi provinsi yang paling tinggi kasus rabies di Indonesia.
Pemerintah Provinsi NTT menerima laporan 16.180 kasus gigitan hewan yang berpeluang positif rabies pada periode tersebut. Dari 16 ribu lebih kasus gigitan itu, 27 orang diantaranya meninggal dunia.
Empat Hewan Penyebar Virus Rabies
Tercatat ada empat hewan penular utama rabies. Yaitu anjing, kelelawar, kucing, dan kera.
Umumnya air liur hewan penular virus menjadi sarana utama penularan virus tersebut melalui gigitan atau cakaran.
Hewan yang tidak divaksin rabies memiliki risiko tinggi untuk menularkan virus rabies.
Bila seseorang tergigit hewan yang terinveksi rabies, maka gejala rabies baru akan muncul pada 30-90 hari sejak digigit.
Jika lokasi gigitan atau cakaran hewan dekat dengan otak, maka gejala rabies akan kebih cepat terlihat. Misalnya gigitan di dada, leher, atau di kepala.
Gejala awal yang muncul meliputi demam atau menggigil, kesemutan, sakit kepala, lelah atau lemas, dan hilang nafsu makan.
Proses Virus Rabies Menyerang Tubuh Manusia
Virus rabies bernama lengkap Lyssavirus rabies. Saat di dalam tubuh manusia, virus ini aktif dengan memperbanyak diri.
Setelah memperbanyak diri, virus rabies menyebar dan menyerang sistem saraf pusat manusia yaitu otak dan sumsum tulang belakang.
Di otak, virus menyerang sistem limbik. Di sistem limbik, virus ini akan menyerang salah satu bagian sistem limbik yang bernama amigdala. Bagian inilah yang bertugas mengatur emosi manusia.
Bila sistem limbik telah dikuasai, maka virus rabies telah memasuki stadium sensorik.
Pada fase ini, orang yang terserang rabies sudah merasakan emosinya tidak bisa dikendalikan. Sehingga penderita rabies mudah panik, cemas, mudah marah, dan sebagainya.
Ketika virus sudah menguasai sistem limbik, virus juga menyerang otot kerongkongan dan kelenjar ludah.
Saat otot dan kelenjar ludah sudah terserang virus, maka ciri khas penyakit rabies akan terlihat jelas.
Kelenjar ludah yang diserang virus rabies membuat penderita mengalami hipersalivasi atau mengeluarkan banyak air liur.
Sementara itu, virus rabies yang menyerang otot kerongkongan akan mengakibatkan otot tersebut mengalami kekakuan. Akibatnya penderita sulit menelan makanan atau minuman.
Penderita pun mengalami hidrofobia atau ketakutan terhadap air yang merupakan ciri khas penyakit rabies.
Ketika penderita sudah mengalami fase hidrofobia dan hipersaliva, maka penderita sudah memasuki fase eksitasi.
Stadium akhir dari rabies adalah stadium paralisis. Pada stadium ini, tubuh penderita sudah mengalami kelumpuhan.
Namun tidak semua korban bertahan sampai ke stadium paralisis karena kebanyakan korban hanya bertahan sampai stadium eksitasi.
99,9 persen pasien rabies meninggal dunia karena mendapatkan penanganan yang terlambat.
bila tergigit hewan yang terkena rabies, hal yang pertama dilakukan adalah cuci bagian luka gigitan dengan air mengalir selama 5-10 menit menggunakan sabun.
setelah itu, keringkan luka dan bersihkan dengan alkohol 70 persen. setelah itu pergi ke dokter. jangan menunggu lama.
Sejarah Penyakit Rabies
Rabies masuk kategori penyakit zoonotik atau menular dari hewan ke manusia. Penyakit ini tergolong sangat mematikan.
Salah satu catatan tertua tentang penyakit ini ada di masa Mesir Kuno sekitar tahun 2300 SM. Catatan tersebut menggambarkan penyakit yang gejalanya mirip dengan rabies pada manusia dan hewan.
Di Indonesia, penyakit rabies pertama kali diketahui oleh orang Belanda yang bernama Schrool pada tahun 1884. Saat itu, penyakit rabies menyerang seekor kuda.
Kemudian tahun 1889, penyakit rabies ditemukan pada anjing. Pada tahun 1894, virus rabies ditemukan pertama kali menyerang manusia oleh orang Belanda bernama EV De Haan.