Mengungkap Makna Tedhak Siten, Tradisi Turun Tanah Masyarakat Jawa

Tradisi Tedhak Siten
Sumber :
  • https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tedak_siten

Tradisi, VIVA BaliBagaimana jika sebuah tradisi kuno Jawa berpadu dengan nilai-nilai Islam dan tetap bertahan hingga sekarang? Itulah Tedhak Siten, sebuah upacara turun tanah yang dilakukan saat bayi berusia tujuh bulan kalender Jawa. Tradisi ini bukan hanya ritual keluarga, tetapi juga simbol akulturasi budaya yang menunjukkan kearifan lokal sekaligus nilai spiritual masyarakat Jawa.

Festival Erau, Tradisi Kutai yang Bertahan di Era Modern

Makna dan Asal Usul Tedhak Siten

Tedhak Siten berasal dari kata tedhak yang berarti menapakkan kaki, dan siti yang berarti tanah. Upacara ini menandai momen pertama seorang anak menyentuh tanah dengan kakinya. Dikutip dari Fikri: Jurnal Kajian Agama, Sosial, dan Budaya, tradisi Tedhak Siten dilaksanakan sebagai doa agar anak tumbuh menjadi pribadi yang jujur, rajin beribadah, mencintai ilmu, dan memiliki etos kerja yang tinggi.

Kedewasaan dalam Bingkai Budaya Nusantara

Rangkaian Upacara yang Sarat Simbol

Prosesi Tedhak Siten memiliki tahapan unik yang sarat makna. Bayi diarahkan untuk menginjak jadah tujuh warna yang melambangkan rintangan sekaligus harapan hidup. Angka tujuh sendiri dipercaya sebagai simbol pitulungan atau pertolongan dari Tuhan.

Ritme Kayu Gejog Lesung yang Menghidupkan Suasana Desa

Selanjutnya, bayi melewati tangga tebu yang melambangkan tekad dan keteguhan hati dalam menjalani kehidupan. Ia kemudian dimasukkan ke dalam kurungan ayam berisi berbagai benda seperti buku, perhiasan, hingga mainan dokter. Apa yang dipilih bayi dipercaya sebagai gambaran profesi masa depannya.

Upacara kemudian ditutup dengan mandi bunga dan penyebaran uang logam (udhik-udhik) sebagai simbol harapan agar anak kelak tumbuh menjadi pribadi yang dermawan.

Halaman Selanjutnya
img_title