Festival Erau, Tradisi Kutai yang Bertahan di Era Modern

Festival Erau
Sumber :
  • https://indonesia.go.id/ragam/pariwisata/pariwisata/menjaga-kekhidmatan-pesta-adat-erau-dan-tifaf-digelar-terpisah

Tradisi, VIVA BaliBagaimana mungkin sebuah tradisi kerajaan kuno mampu bertahan ratusan tahun dan kini menjadi magnet wisata budaya? Jawabannya ada pada Festival Erau, pesta rakyat masyarakat adat Kutai Kartanegara yang penuh makna, meriah, sekaligus sarat nilai kearifan lokal.

Mengungkap Makna Tedhak Siten, Tradisi Turun Tanah Masyarakat Jawa

Sejarah  Festival Erau

Nama Erau berasal dari bahasa Kutai yang berarti “ramai, berpesta ria, hilir mudik bergembira.” Dikutip dari Jurnal Humanitis, tradisi ini pertama kali dilakukan pada masa Raja Aji Batara Agung Dewa Sakti pada abad ke-14. Upacara tersebut semula digelar dalam momen penting kerajaan, seperti penobatan raja atau pemberian gelar bangsawan. Setelah Kesultanan berakhir pada 1960, Erau tidak hilang, melainkan tetap dilestarikan sebagai pesta rakyat di Tenggarong.

Kedewasaan dalam Bingkai Budaya Nusantara

Festival Erau di Era Modern

Erau kini tidak hanya menjadi upacara adat, tetapi telah berevolusi menjadi multi-event. Festival Erau di era modern adalah kolaborasi harmonis antara tradisi yang terjaga dengan atmosfer kekinian yang dinamis.

Ritme Kayu Gejog Lesung yang Menghidupkan Suasana Desa

Setiap tahun, masyarakat dan wisatawan disuguhkan beragam kegiatan, mulai dari prosesi adat Kesultanan, permainan tradisional, lomba pacu perahu, hingga festival kuliner. Salah satu prosesi yang paling dinanti adalah Belimbur, tradisi saling menyiram air yang melambangkan penyucian diri dari segala hal buruk.

Simbol Kearifan Lokal dan Identitas Sosial

Halaman Selanjutnya
img_title