Jineng Bali, Simbol Kemakmuran dan Keharmonisan dalam Arsitektur Tradisional Bali

Jineng, Lumbung padi tradisional Bali
Sumber :
  • https://commons.wikimedia.org/wiki/Category:Jineng

Gumi Bali, VIVA Bali – Saat menyebut "jineng" dalam konteks Bali, kita memasuki ranah yang sangat berbeda dari konsep Jawa. Di Pulau Dewata, jineng (atau sering juga disebut jengki) bukanlah merujuk pada kemampuan supranatural, melainkan sebuah struktur arsitektur tradisional yang vital – lumbung padi. Lebih dari sekadar tempat penyimpanan, jineng Bali adalah simbol kemakmuran, ketahanan pangan, keharmonisan kosmik, dan keindahan estetika khas Bali. Artikel ini akan mengupas fungsi, bentuk, filosofi, dan signifikansi budaya dari jineng dalam kehidupan masyarakat Bali.

Apa Itu Jineng Bali?

Mengulik Makna Sakral di Balik Tradisi Ngurek Bali

Jineng adalah lumbung padi peninggalan leluhur yang umum ditemui di rumah-rumah tradisional Bali (umumnya di pekarangan rumah keluarga atau banjar), terutama di daerah persawahan. Berbeda dengan lumbung modern, jineng dibangun secara khusus dengan arsitektur tradisional Bali yang khas dan sarat makna filosofis.

Ciri Khas Bentuk dan Konstruksi Jineng:

1. Bentuk Menara Bertingkat: Umumnya berbentuk persegi panjang atau bujur sangkar, menjulang tinggi dengan beberapa tingkat (biasanya 2 atau 3 tingkat).

Makna Mendalam Upacara Ngerupuk Pada Masyarakat Hindu Bali

2. Konstruksi Kayu: Rangka utama terbuat dari kayu kuat (seperti kayu jati, cempaka, atau suar). Dinding terbuat dari anyaman bambu (bedeg) atau papan kayu.

3. Atap Rumput (Alang-Alang/Ijuk): Atapnya berbentuk pelana (joglo) atau limas, terbuat dari alang-alang atau ijuk, memberikan insulasi alami yang baik untuk menjaga kelembaban dan suhu di dalamnya.

Halaman Selanjutnya
img_title
Anyaman Daun yang Sakral dalam Upacara Galungan