Megedong-gedongan, Tanda Awal Perjalanan Manusia dalam Tradisi Umat Hindu di Bali
- https://phdi.parisada.or.id/artikel.php?id=makna-upacara-magedong-gedongan
Gumi Bali, VIVA Bali – Umat Hindu di Bali menghubungkan diri dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau tuhan melalui serangkaian upacara suci, bahkan sejak dalam kandungan. Misalnya, upacara Magedong-gedongan yang dilaksanakan ketika seorang ibu memasuki usia kehamilan lima bulan menurut perhitungan kalender Bali.
Upacara ini dipercaya sebagai awal perjalanan spiritual seorang manusia, bahkan sebelum ia dilahirkan ke dunia.
Makna di Balik Magedong-gedongan
Ni Luh Ayu Eka Damayanti dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Volume 11, Nomor 1 pada 2020 menyebutkan bahwa Magedong-gedongan atau upacara Garbha Wedana adalah upacara bayi dalam kandungan.
Upacara dilakukan ketika kandungan menginjak umur 5 bulan menurut kalender Bali atau 6 bulan saka, sebab menurut lontar Angastyaprana, pada usia tersebut para Dewata telah lengkap menganugrahi organ tubuh manusia. Sehingga, calon ayah dan calon ibu sudah menyiapkan diri untuk melakukan upacara Magedong gedongan.
Magedong-gedongan sendiri berasal dari kata gedong yang berarti gua, dan garba yang berarti perut. Gua garba dimaknai sebagai pintu kehidupan pertama, tempat bayi bertumbuh sebelum lahir. Upacara ini dilakukan untuk memohon penyucian bagi janin, menjaga kedudukannya agar kuat, serta memohon keselamatan bagi sang ibu menjelang persalinan.
Prosesi dilaksanakan dengan mandi suci atau melukat di sungai atau sumur, diikuti dengan menghaturkan sesajen atau banten sebagai wujud bhakti. Sang ayah biasanya turut membersihkan tepian sungai dengan sabit, yang dimaknai sebagai simbol pembersihan jalan lahir agar bayi dapat terlahir dengan selamat tanpa rintangan.
