Biyukukung atau Mabiyukukung Tradisi Petani Bali dalam Menghaturkan Rasa Syukur

Hamparan sawah Bali, tersimpan tradisi Biyukukung.
Sumber :
  • https://www.pexels.com/id-id/foto/foto-udara-sawah-2583847/

Budaya, VIVA Bali – Di Bali, pertanian bukan hanya soal produksi pangan, tetapi juga menyangkut kehidupan spiritual. Salah satu tradisi sakral yang masih dijalankan hingga kini adalah Upacara Biyukukung atau Mebiyukukung. Upacara agraris ini digelar ketika padi memasuki fase mengandung, saat bulir masih muda dan rawan hama.

Tradisi Jamasan Pusaka Keraton Yogyakarta Menjadi Ritual Sakral Pembersihan Warisan Leluhur

Dijelaskan oleh Dinas Kebudayaan Badung Melalui ritual ini, para petani menghaturkan doa dan sesaji kepada Dewi Sri sebagai lambang kesuburan. Mereka berharap tanaman padi tetap sehat, panen berhasil, dan sawah dijauhkan dari bencana. “Upacara Biyukukung adalah perwujudan rasa syukur sekaligus permohonan agar padi tumbuh sempurna dan hasilnya melimpah,” 

Nama Biyukukung berasal dari kata “beya” (biaya) dan “kukung” (cinta). Filosofinya adalah pengorbanan kasih sayang manusia terhadap tanaman sebagai sumber kehidupan. Penelitian akademik menegaskan, tradisi ini erat kaitannya dengan falsafah Tri Hita Karana, khususnya aspek Palemahan atau keharmonisan manusia dengan alam. “Biyukukung adalah kearifan lokal masyarakat Bali yang menunjukkan keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan,” ditulis oleh Ibu Ni Nyoman Suastini.

Pesona Desa Adat Penglipuran! Warisan Budaya Bali Dinobatkan Desa Terbersih di Dunia

Ritual Biyukukung biasanya dilakukan di cakangan, pintu air sawah yang dianggap sakral. Sesaji khusus dipersiapkan, seperti Banten Sorohan 17, Canang Meraka, Banten Tegteg, hingga Penjor Biyukukung. Semua perlengkapan ini merepresentasikan doa, keteguhan, dan penghormatan pada alam. Dalam penjelasan budaya yang dihimpun Puri Gangga Resort, disebutkan bahwa, “Fungsi utama dari upacara Mabiyukukung adalah sebagai sarana untuk memohon berkah dan kesuburan bagi padi yang ditanam agar dapat menghasilkan buah yang melimpah … ungkapan rasa syukur yang erat kaitannya dengan filosofi Tri Hita Karana”.

Selain dimensi spiritual, Biyukukung memperkuat kebersamaan petani. Mereka berkumpul di sawah, menyiapkan sesaji, membersihkan saluran air, hingga berdoa bersama. Tradisi ini sekaligus menegaskan peran subak, organisasi pengairan khas Bali, dalam menjaga solidaritas komunitas agraris.

Rahasia Kawalu Baduy Dalam, Ritual Tertutup Tiga Bulan yang Menjadi Jalan Menuju Puncak Sakral Seba

Meski menghadapi tantangan modernisasi dan alih fungsi lahan, Biyukukung masih dipertahankan di sejumlah desa adat. Pemerintah daerah bersama masyarakat berusaha menjadikannya bagian dari identitas budaya Bali sekaligus sarana edukasi generasi muda.

Biyukukung menjadi warisan budaya agraris Bali yang masih hidup hingga kini. Di balik kesederhanaan prosesi, terkandung filosofi mendalam: penghormatan kepada Dewi Sri, doa kepada Bhatara Surya, serta penghargaan terhadap air sebagai sumber kehidupan.

Halaman Selanjutnya
img_title