Jangan Kebablasan! Ini Ciri-Ciri Tubuh Mengalami Overtraining
- https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-berbaring-di-samping-bola-tenis-hijau-1103833/
Lifestyle, VIVA Bali – Olahraga memang penting untuk menjaga tubuh tetap sehat. Tapi percaya atau tidak, olahraga yang berlebihan justru bisa berbalik menjadi bumerang. Alih-alih membuat tubuh lebih bugar, terlalu sering atau terlalu keras berolahraga bisa menyebabkan kondisi yang disebut overtraining.
Menurut sebuah artikel, overtraining biasanya ditandai dengan rasa lelah yang tidak kunjung hilang, performa yang menurun, hingga suasana hati yang mudah terganggu. Jadi, kalau kamu merasa semakin sering olahraga tapi malah makin lemas, mungkin tubuh sedang memberi sinyal untuk berhenti sejenak.
Salah satu tanda paling umum dari overtraining adalah kelelahan yang tidak wajar. Biasanya setelah olahraga, tubuh butuh waktu untuk pulih. Tapi kalau sudah berhari-hari masih merasa capek, bisa jadi tubuh tidak punya cukup waktu untuk melakukan pemulihan. Gejala lain yang perlu diwaspadai adalah sulit tidur, nafsu makan menurun, hingga sering merasa lesu di siang hari. Bahkan, pada beberapa kasus, overtraining juga bisa membuat orang lebih mudah sakit karena sistem imun jadi melemah.
Selain itu, overtraining juga bisa berdampak pada mental. Sebuah artikel mencatat bahwa banyak orang yang mengalami overtraining merasa lebih mudah cemas, sensitif, atau bahkan kehilangan motivasi untuk berolahraga. Hal ini masuk akal karena olahraga yang terlalu keras tanpa istirahat bisa memengaruhi kadar hormon dalam tubuh, termasuk hormon stres seperti kortisol.
Lalu, bagaimana cara menghindarinya? Kuncinya ada pada keseimbangan antara latihan, istirahat, dan nutrisi. Para ahli menekankan pentingnya rest day atau hari istirahat di sela-sela jadwal olahraga. Misalnya, jika terbiasa latihan intens tiga hari berturut-turut, sisipkan satu atau dua hari untuk pemulihan dengan aktivitas ringan seperti jalan santai atau yoga. Selain itu, jangan abaikan pola makan. Tubuh butuh cukup energi dan protein untuk memperbaiki jaringan otot setelah latihan berat (Kreher & Schwartz, 2016, Open Access Journal of Sports Medicine).
Menariknya, beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa kualitas tidur punya peran besar dalam mencegah overtraining. Tidur yang cukup, sekitar 7–9 jam per malam, membantu tubuh memperbaiki sel-sel otot, menjaga keseimbangan hormon, dan mengembalikan energi. Jadi, kalau kamu sering begadang tapi tetap memaksa diri olahraga keras, risiko kelelahan berlipat ganda.