Apakah Terlalu Banyak Les Bisa Merampas Masa Kecil Anak?

ilustrasi pembelajaran les
Sumber :
  • https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-laki-laki

Lifestyle, VIVA Bali – Saat ini, anak-anak tidak hanya sibuk dengan sekolah formal. Banyak dari mereka juga mengikuti berbagai les tambahan seperti bahasa asing, musik, coding, hingga bimbingan belajar intensif. Tujuannya mulia: ingin anak punya masa depan cerah. Tapi benarkah terlalu banyak les bisa merampas masa kecil mereka?

12 Pertanyaan Interview Kerja yang Sering Digunakan dan Cara Menjawabnya

Pertanyaan ini penting karena masa kanak-kanak bukan hanya soal belajar, tapi juga bermain, berimajinasi, dan mengenal dunia lewat pengalaman langsung. Sayangnya, jadwal yang padat justru bisa membuat anak kehilangan waktu berharga tersebut.

Anak butuh waktu bermain dan istirahat

Mengapa Banyak Fresh Graduate Gagal di Tahap Interview Kerja?

Bermain bukan sekadar aktivitas iseng. Menurut UNICEF, bermain adalah hak anak yang punya dampak penting untuk perkembangan emosi, sosial, dan kognitif. Ketika waktu anak dihabiskan untuk les setiap hari, ruang bermain jadi sangat terbatas.

American Academy of Pediatrics juga menekankan bahwa jadwal anak yang terlalu padat dapat menyebabkan kelelahan, stres, bahkan gangguan tidur. Padahal, tubuh dan otak anak butuh istirahat cukup agar tumbuh optimal.

Mengapa Banyak Generasi Muda Takut Menikah dan Punya Anak

Tekanan bisa ganggu kesehatan mental anak

Anak-anak yang terlalu sering ikut les bisa mengalami tekanan berlebihan untuk selalu berprestasi. Akibatnya, mereka mudah cemas, merasa tidak cukup baik, atau bahkan kehilangan motivasi belajar.

Penelitian dari Stanford University menemukan bahwa tekanan akademik yang berlebihan dapat memicu stres kronis pada anak, memengaruhi kebahagiaan, dan mengurangi semangat eksplorasi alami mereka.

Masa kecil tidak akan terulang

Masa kecil adalah periode yang singkat tapi berharga. Di masa ini, anak belajar mengenal dirinya sendiri, membentuk imajinasi, dan membangun koneksi sosial lewat interaksi santai. Jika terlalu disibukkan dengan berbagai les, pengalaman-pengalaman ini bisa hilang begitu saja.

Alih-alih menjejalkan jadwal padat, orang tua sebaiknya menyesuaikan kegiatan tambahan dengan minat dan kebutuhan anak. Biarkan anak memiliki waktu kosong yang bebas mereka isi dengan bermain, membaca, atau sekadar bersantai.

Keseimbangan adalah kunci

Bukan berarti les itu buruk. Banyak anak yang justru menemukan minat dan bakatnya lewat kursus tambahan. Namun, yang perlu diwaspadai adalah jumlah dan intensitasnya. Apakah anak terlihat kelelahan? Apakah mereka masih punya waktu main?

Komunikasi terbuka penting dilakukan. Tanyakan pada anak apakah mereka menikmati les yang diikuti atau merasa terbebani. Dengan begitu, keputusan mengikuti les benar-benar datang dari kemauan anak, bukan tekanan luar.

Masa depan butuh anak yang bahagia

Tujuan semua orang tua adalah memastikan masa depan anak cerah. Tapi jangan sampai demi mengejar masa depan, kita melupakan kebahagiaan anak di masa sekarang. Anak yang bahagia hari ini punya peluang lebih besar tumbuh menjadi dewasa yang sehat secara mental dan emosional.

Orang tua perlu mengingat bahwa kebahagiaan anak bukan hanya soal nilai rapor atau prestasi lomba, tapi juga bagaimana mereka bisa menikmati masa kecilnya secara utuh.