Primbon, Warisan Mistik atau Panduan Kehidupan?

Panduan Hidup dari Zaman Nenek Moyang
Sumber :
  • https://www.scribd.com/doc/68150536/Primbon-Jawa

Lifestyle, VIVA Bali – Bayangkan ada buku tua yang berisi panduan hari baik sampai arti mimpi—dan dipercaya memiliki pengaruh nyata dalam kehidupan masyarakat Jawa. Begitulah primbon: warisan leluhur yang berada di antara mistis dan kearifan lokal.

Soft Skill, Senjata Utama Menentukan Karier dan Masa Depan Gemilang

Primbon Jawa secara harfiah bermakna “pustaka ngawikan,” yaitu kumpulan catatan kebijaksanaan Jawa yang diwariskan turun-temurun. Awalnya hanya disampaikan lisan, lembar demi lembar puisi, ramalan, sampai tafsir mimpi dikumpulkan menjadi kitab yang kini dikenal sebagai primbon. Penggunaannya sangat luas—mulai dari menentukan hari baik untuk menikah, membangun rumah, hingga menjelaskan mimpi atau watak seseorang berdasarkan tanggal lahir dan pasaran Jawa.

Asal-usul primbon sendiri memiliki jejak sejarah panjang. Semula berkembang di lingkungan keraton Jawa semasa kerajaan Mataram Islam, primbon digunakan sebagai panduan bagi raja serta bangsawan dalam mengambil keputusan penting. Sistem penanggalan Jawa yang dirintis Sultan Agung menjadi fondasi perhitungan primbon, menggabungkan kalender Saka, Hijriyah, hingga pasaran Jawa seperti Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon.

Kerap Dikenal Sebagai Kucing Barbar, Inilah Perilaku Umum Kucing Oren yang Harus Cat Lovers Ketahui

Secara filosofis, primbon tak hanya soal ramalan. Ia mencerminkan hubungan manusia dengan alam semesta. Perkiraan hari baik atau buruk bukan sekadar tafsir mistis, melainkan cara leluhur mencermati pola alam dan sosial agar lebih waspada atau termotivasi dalam bertindak. Di bagian lain, primbon mengajarkan pranata mangsa (siklus alam untuk pertanian), petungan neptu (numerologi Jawa), dan ajaran moral tertulis, sering dinamai ‘ilmu titen’ atau kearifan observasi lokal yang cermat.

Di sisi budaya, primbon masih hidup dan berfungsi dalam masyarakat Jawa modern. Misalnya, dalam tradisi pernikahan adat, primbon dijadikan pedoman menentukan tanggal resepsi agar dianggap membawa keberuntungan. Begitu pula dalam acara selamatan, pindah rumah, atau panen pertama. Di sejumlah desa, primbon bahkan digunakan untuk menentukan waktu menanam atau melaut demi menghindari benturan aktivitas Masyarakat.

Anak Susah Makan Saat MPASI? Ini Cara Mengatasi Tanpa Marah Marah

Meski mengakar kuat, persepsi terhadap primbon terbagi. Penelitian yang dilakukan mahasiswa UGM menunjukkan sekitar 34% warga Yogyakarta menyebut primbon sebagai budaya “klenik” atau tidak rasional. Sikap skeptis ini muncul karena primbon sulit dibuktikan secara ilmiah dan terkadang dianggap bertentangan dengan ajaran agama formal. Namun para peneliti juga menyimpulkan bahwa banyak masyarakat yang tetap menghargai primbon sebagai manifestasi kearifan lokal dan identitas budaya, meski tidak selalu percaya penuh pada setiap isinya.

Sebagian masyarakat menyoroti bahwa beberapa elemen primbon bersifat umum dan bisa ditafsirkan sesuai keinginan. Namun bukan berarti semua aspek primbon tidak valid. Misalnya pranata mangsa kerap bersinergi dengan ilmu klimatologi tradisional, dan sejumlah ramuan herbal dalam primbon ternyata memiliki efek farmakologis ketika diuji secara modern. Diharapkan untuk melihat primbon secara kritis, memilah aspek yang rasional sekaligus mempertahankan nilai tradisinya.

Halaman Selanjutnya
img_title