Upacara Mitoni Adat Jawa Penuh Makna untuk Keselamatan Ibu dan Bayi

Prosesi Mitoni Aliyah dan Thoriq.
Sumber :
  • https://www.instagram.com/p/DI8S9GaPgMB/?img_index=8&igsh=MWx4N2RjaXc1eno1eQ==

Budaya, VIVA Bali – Mitoni atau sering disebut tingkeban merupakan salah satu upacara adat paling sakral dalam budaya Jawa. Tradisi ini dilaksanakan ketika usia kehamilan memasuki tujuh bulan sebagai bentuk doa dan rasa syukur atas keselamatan ibu serta calon bayi. Selain sarat nilai spiritual, mitoni juga menjadi ajang kebersamaan yang mempererat hubungan keluarga dan masyarakat.

Sasi Lompa, Tradisi Adat Maluku yang Menjaga Kelestarian Laut

 

Tradisi mitoni dipercaya sudah ada sejak masa kerajaan Jawa kuno. Kata “mitoni” berasal dari kata “pitu” yang berarti tujuh merujuk pada usia kandungan dan jumlah unsur simbolik yang digunakan dalam prosesi, seperti air dari tujuh sumber dan tujuh kain batik. Ritual ini melambangkan doa agar persalinan berjalan lancar, bayi lahir sehat, dan kelak menjadi anak yang berbudi pekerti luhur. Mitoni juga menjadi sarana untuk menjaga nilai-nilai budaya warisan leluhur.

Tujuan Ritual Mitoni

Kebo-Keboan Banyuwangi! Ritual Syukur, Tolak Bala, dan Warisan Budaya Suku Osing

Ritual mitoni memiliki tujuan yang sarat makna. Upacara ini menjadi wujud doa dan harapan agar proses persalinan berlangsung lancar, ibu hamil serta bayi diberi keselamatan dan kesehatan, serta kelak sang anak tumbuh menjadi pribadi yang berbakti. Selain itu, mitoni juga merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas karunia kehamilan yang telah dijalani dengan baik. Tradisi ini berperan penting dalam melestarikan budaya Jawa yang kaya filosofi, sekaligus mempererat hubungan kekeluargaan dan silaturahmi di tengah masyarakat.

Tahapan Prosesi Mitoni

1. Doa Bersama

Halaman Selanjutnya
img_title
Kebo-Keboan Banyuwangi! Ritual Syukur, Tolak Bala, dan Warisan Budaya Suku Osing