Beseprah, Tradisi Makan Bersama yang Menyatukan Keharmonisan Sosial Masyarakat Kutai

Kebersamaan tanpa sekat dalam tradisi Beseprah
Sumber :
  • https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/beseprah-nuansa-kebersamaan-dalam-tradisi-sarapan-massal-warga-kutai/

Tradisi, VIVA Bali –Kalimantan Timur memiliki tradisi budaya unik yang mengajarkan nilai kebersamaan tanpa sekat sosial, yaitu Beseprah. Tradisi ini merupakan salah satu rangkaian dalam Festival Adat Erau di Kabupaten Kutai Kartanegara. Dalam bahasa Kutai, beseprah berarti duduk bersila di atas tikar untuk makan bersama. Beseprah dihadiri semua lapisan masyarakat, termasuk Sultan Kutai beserta keluarga hingga wisatawan mancanegara yang ikut dalam Festival Erau Adat Kutai dan International Folk Art Festival (EIFAF). Prosesi makan secara lesehan ini tidak hanya menampilkan ragam kuliner khas Kutai, tetapi juga memperlihatkan filosofi “duduk sama rendah, berdiri sama tinggi” yang melambangkan kesetaraan antar lapisan masyarakat (wikipedia.org).

Mengungkap Makna Tedhak Siten, Tradisi Turun Tanah Masyarakat Jawa

Asal-usul tradisi Beseprah dilansir dari indonesiakaya.com, erat kaitannya dengan upacara Erau yang telah berlangsung sejak abad ke-12 Masehi, tepatnya sejak masa Sultan pertama Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Aji Batara Agung Dewa Sakti. Kala itu, Sultan menggelar jamuan makan bersama rakyat sebagai simbol interaksi, penghargaan, dan pengingat bahwa pemimpin hadir untuk kesejahteraan rakyatnya. Beseprah biasa dilakukan dalam lingkup keluarga besar, komunitas tetangga, hingga jamuan rakyat pada perayaan pernikahan, kelahiran, atau kunjungan tamu penting. Dari generasi ke generasi, tradisi ini diwariskan sebagai bentuk pelestarian budaya sekaligus sarana mempererat persaudaraan.

Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Kutai Kartanegara turut serta dalam acara beseprah yang berlangsung pada Kamis, 25 September 2025, di sepanjang Jalan Diponegoro, Tenggarong, tepat di depan Museum Mulawarman (kukarkab.go.id). Ribuan warga dari berbagai kalangan duduk bersila bersebelahan dengan Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ke-XXI Aji Muhammad Arifin, kerabat Kesultanan, pejabat daerah, serta wisatawan mancanegara yang hadir dalam rangkaian Erau Adat Kutai dan International Folk Art Festival (EIFAF). Suasana menjadi khidmat ketika aba-aba pemukulan bambu dibunyikan, menandai dimulainya makan bersama.

Kedewasaan dalam Bingkai Budaya Nusantara

Hidangan yang disajikan dalam Beseprah sangat beragam, mulai dari nasi kebuli, nasi kuning, gence ruan (ikan gabus goreng sambal), semur, bubur, ubi goreng, hingga aneka kue tradisional seperti serabai, putu labu, roti gembong, dan untuk-untuk. Semua tersaji di atas seperah (kain putih panjang) yang dibentangkan di atas terpal biru sepanjang hampir satu kilometer. Sebelum santap bersama, acara biasanya diawali dengan doa bersama dan lantunan musik tradisional untuk menambah kemeriahan suasana.

Beseprah bukan sekadar jamuan makan melainkan perayaan nilai kesetaraan dan gotong royong masyarakat Kutai Kartanegara. Tradisi ini juga menjadi daya tarik wisata budaya yang memperkaya Festival Erau, sekaligus melestarikan kuliner khas Kutai agar terus dikenal generasi muda. Melalui Beseprah, warisan budaya tetap hidup di tengah arus modernisasi dan semakin menguatkan identitas masyarakat Kutai di mata dunia.

Ritme Kayu Gejog Lesung yang Menghidupkan Suasana Desa