Upacara Ruwatan Rambut Gimbal Dieng, Prosesi Pemotongan Rambut Anak-anak

Upacara Ruwatan Rambut Gimbal
Sumber :
  • https://www.instagram.com/p/DOHuN3gExJq/?igsh=aHg1MGlreTJycmJ1

Tradisi, VIVA BaliDataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah tidak hanya memesona lewat panorama alamnya yang indah, seperti Kawah Sikidang, Telaga Warna, dan kompleks Candi Arjuna. Kawasan yang berada di perbatasan Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara ini juga menyimpan tradisi unik yang masih lestari hingga kini, yakni tradisi ruwatan rambut gimbal. Upacara adat ini bukan sekadar prosesi pemotongan rambut pada anak-anak berambut gimbal, melainkan ritual sakral yang diyakini mampu membebaskan mereka dari marabahaya sekaligus mempererat identitas budaya lokal.

Tradisi Sasi, Jejak Leluhur dalam Menyelamatkan Ekosistem Nusantara

Ruwatan Rambut Gimbal memiliki akar legenda yang kuat. Konon, anak-anak berambut gimbal dianggap titipan Kyai Kolodete, leluhur yang dipercaya membawa kesejahteraan bagi Dieng. Dalam kisah lain, ada pula sosok Nini Roro Ronce, abdi Nyi Roro Kidul yang tinggal di Dieng dan dikenal berambut gimbal. Rambut gimbal diyakini akan tumbuh setelah anak mengalami demam tinggi, lalu sembuh. Kepercayaan ini membuat masyarakat menghormati anak gimbal sebagai anugerah yang harus diperlakukan dengan penuh kehati-hatian.

 

Menguak Rambu Solo’, Tradisi Pemakaman Sakral Masyarakat Toraja

Makna dan Tujuan Ruwatan

Ruwatan berasal dari kata Jawa ruwat, yang berarti “melepaskan” atau “membebaskan.” Dalam konteks rambut gimbal, ruwatan dimaknai sebagai upaya membuang bala atau kesialan yang mungkin melekat pada anak. Prosesi ini juga menjadi bentuk permohonan keselamatan serta doa agar si anak tumbuh sehat, bahagia, dan terhindar dari malapetaka.

Nyangku Tradisi Merawat Pusaka dan Menjaga Jiwa

Selain aspek spiritual, ruwatan memiliki nilai sosial yang penting. Upacara ini menjadi sarana memperkuat kebersamaan antarwarga dan menjaga warisan leluhur agar tetap hidup di tengah arus modernisasi.

 

Tata Cara Ruwatan Rambut Gimbal

Rangkaian ruwatan biasanya dilaksanakan di pelataran Candi Arjuna, terutama pada momen Dieng Culture Festival (DCF). Acara berlangsung meriah, namun tetap menjunjung kesakralan tradisi.

1. Permintaan Anak

Sebelum ruwatan, anak yang akan dipotong rambutnya mengajukan permintaan khusus. Ada yang meminta ayam goreng sederhana, ada pula yang meminta barang mahal seperti telepon genggam. Permintaan ini harus dipenuhi agar rambut yang tumbuh setelahnya tidak kembali gimbal.

2. Arak-arakan (Kirab Budaya)

Anak-anak yang akan diruwat diarak keliling desa mengenakan pakaian adat. Mereka membawa sesajen berupa tumpeng, ketupat, dan lauk pauk, diiringi musik tradisional serta doa.

3. Jamasan (Penyucian Diri)

Sebelum rambut dipotong, anak dimandikan dengan air dari sumber mata air, seperti Sendang Sedayu. Air suci ini dipercaya membersihkan tubuh dan jiwa dari energi negatif.

4. Pemotongan Rambut

Pemotongan dilakukan oleh sesepuh desa di area Candi Arjuna. Prosesi berlangsung khidmat dengan doa yang dipanjatkan agar anak memperoleh keselamatan.

5. Pelarungan Rambut

Rambut yang telah dipotong dilarung ke telaga, seperti Telaga Warna, sebagai simbol pengembalian bala kepada alam.

 

Pelestarian Melalui Dieng Culture Festival

Sejak digelarnya Dieng Culture Festival, ruwatan rambut gimbal semakin dikenal luas. Tradisi yang dulunya hanya dilaksanakan dalam lingkup kecil kini menjadi agenda wisata budaya berskala nasional. Ribuan pengunjung, baik wisatawan lokal maupun mancanegara, datang untuk menyaksikan keunikan ritual ini sambil menikmati keindahan alam Dieng.

Festival ini tak hanya mengangkat citra pariwisata daerah, tetapi juga membantu generasi muda memahami nilai luhur yang terkandung dalam ruwatan. Pemerintah daerah bersama komunitas lokal terus berupaya menjaga kemurnian prosesi agar tidak kehilangan makna aslinya meski dikemas secara lebih modern.