Upacara Adat Reba, Tradisi Syukur dan Penghormatan Leluhur di Dataran Tinggi Bajawa

Kebersamaan dan budaya dalam Upacara Reba
Sumber :
  • https://tourisminfo.nttprov.go.id/2025/08/11/upacara-adat-reba/

Budaya, VIVA Bali – Di dataran tinggi Bajawa, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, setiap awal tahun masyarakat setempat menggelar sebuah upacara adat yang sarat makna dan tradisi, yaitu Reba. Upacara ini merupakan ungkapan syukur kepada Sang Pencipta sekaligus penghormatan kepada leluhur yang telah mewariskan budaya dan kehidupan bagi komunitas Bajawa (nttprov.go.id).

Tradisi Tahlilan Jawa, Selamatan Keagamaan Malam Pertama Kematian, ke-7, ke-40, ke-100 Hingga ke-1000

Pelaksanaan Reba dilansir dari nttprov.go.id biasanya antara bulan Desember hingga Februari, dengan puncak perayaan sering jatuh pada awal Januari. Waktu ini dipilih karena bertepatan dengan masa pascapanen dan awal tahun baru adat, sehingga seluruh warga dapat berkumpul tanpa terganggu oleh aktivitas bertani. Suara gong dan tambur berpadu dengan lantunan syair adat mengundang seluruh warga berkumpul di halaman kampung adat, menciptakan suasana sakral dan penuh kebersamaan.

Upacara Reba bukan sekadar perayaan biasa, melainkan pertemuan sakral yang menyatukan keluarga besar dan mempererat ikatan antar-marga. Melalui tarian adat, nyanyian, dan kisah lisan, generasi muda diajak untuk mengingat asal-usul mereka, memahami aturan adat, serta menghormati hubungan manusia dengan alam. Sajian khas seperti Ra’a Rete, hidangan simbol kemakmuran, dan babi yang dipersembahkan sebagai tanda kerelaan berbagi dan penghormatan pada roh leluhur, menjadi bagian penting dari ritual ini.

Pesona Kampung Adat Praijing, Menyelami Rumah Traditional Nusa Tenggara Timur

Dalam kepercayaan masyarakat Bajawa, Reba juga diyakini sebagai waktu yang baik untuk memohon perlindungan dan kesejahteraan bagi seluruh komunitas di tahun yang baru. Upacara ini menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan, mengajarkan bahwa kemajuan tidak berarti meninggalkan akar budaya, melainkan menguatkan identitas melalui kearifan lokal (nttprov.go.id).

Uniknya, dilansir dari indonesia.org bahwa Reba memadukan unsur adat dengan agama. Sebelum pelaksanaan tari-tarian dan nyanyian, diadakan misa inkulturasi di gereja yang dipimpin oleh seorang pater atau romo. Hal ini menunjukkan harmonisasi antara tradisi leluhur dan kepercayaan Kristen yang dianut masyarakat setempat. Selama upacara, tarian khas dengan penari yang menggenggam pedang panjang (sau) dan tongkat warna-warni yang dihiasi bulu kambing putih (tuba) menjadi tontonan utama. Pengiring tarian menggunakan alat musik bergesek berdawai tunggal yang terbuat dari tempurung kelapa atau labu hutan, menambah keunikan dan keaslian suasana adat.

Eksklusif! Kain Tapis Lampung, Tekstil Megah dengan Sulaman Emas

Reba biasanya berlangsung selama tiga sampai empat hari, menjadi ruang belajar nilai-nilai sosial, solidaritas, dan cinta tanah kelahiran. Di tengah arus globalisasi, Reba tetap menjadi mercusuar identitas masyarakat Bajawa yang mengingatkan bahwa kebersamaan adalah kekuatan, syukur adalah sumber kesejahteraan, dan menghormati leluhur adalah cara menjaga keseimbangan dunia.