Kembang Endog Banyuwangi, Warisan Tradisi untuk Merayakan Maulid Nabi
- https://www.instagram.com/p/BcJCLD1nKEq/?igsh=MWE4YzBoN3Ezbm83aQ==
Tradisi, VIVA Bali –Banyuwangi memiliki banyak tradisi yang merefleksikan kekayaan budaya dan semangat kebersamaan masyarakatnya. Salah satunya adalah Kembang Endog, hiasan telur yang menjadi bagian penting dari upacara Endog-Endogan, sebuah pawai khas untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini memadukan unsur seni, simbol keagamaan, dan nilai gotong royong yang telah diwariskan sejak abad ke-19.
Menurut catatan sejarah, tradisi Endog-Endogan diyakini pertama kali digagas oleh K.H. Abdullah Faqih pada abad ke-19. Hiasan ini terdiri dari telur rebus, bambu kering, dan bunga kertas yang sarat filosofi. Telur melambangkan kelahiran dan iman yang kokoh, bambu mewakili tempat yang kering sebagai simbol ujian kehidupan, sedangkan bunga berarti kebahagiaan dan kehidupan baru. Perpaduan ketiganya mencerminkan perjalanan manusia dari kegelapan menuju cahaya kebaikan.
Makna dan Filosofi Kembang Endog
Kembang endog tidak hanya menjadi ornamen meriah, tetapi juga sarat makna spiritual. Kulit telur yang keras melambangkan keimanan yang kuat, sedangkan bunga kertas yang warna-warni melambangkan kehidupan dan kebaikan yang terus berkembang. Pohon pisang, atau jodhang, tempat tusukan kembang endog ditancapkan, menjadi simbol kesuburan dan ajakan agar manusia hidup bermanfaat sebelum meninggal. Tradisi ini juga menjadi wujud kecintaan umat Islam kepada Nabi Muhammad SAW, diwujudkan melalui kebersamaan dan semangat berbagi.
Prosesi Endog-Endogan
Rangkaian tradisi dimulai dengan penyiapan telur ayam yang direbus matang. Telur kemudian dihias dengan kembang kertas menyerupai bunga, lalu ditancapkan pada tusukan bambu kecil. Tusukan ini kemudian ditata pada batang pohon pisang yang disebut jodhang. Setelah selesai, jodhang-jodhang berisi kembang endog diarak keliling kampung dengan iringan sholawat dan tabuhan rebana. Suasana meriah dan penuh kekhidmatan terasa sepanjang arak-arakan.
Setelah prosesi keliling, rombongan menuju masjid untuk melanjutkan dengan pengajian dan doa bersama. Usai acara, telur dan hiasan dibagikan kepada warga yang hadir, melambangkan keberkahan dan kebahagiaan yang dibagi secara bersama.
Nilai Sosial dan Pelestarian Budaya
Tradisi Endog-Endogan bukan sekadar ritual keagamaan, tetapi juga wadah mempererat hubungan antarwarga. Kegiatan ini dikerjakan secara gotong royong, mulai dari membuat hiasan hingga menggelar pawai. Di era modern, tradisi ini tetap lestari dan bahkan menjadi atraksi budaya yang menarik wisatawan, memperkuat identitas Banyuwangi sebagai daerah yang kaya akan kearifan lokal.
Kembang Endog Banyuwangi menjadi bukti bahwa seni dan religi dapat berpadu harmonis dalam sebuah tradisi. Melalui hiasan sederhana namun sarat makna, masyarakat Banyuwangi menjaga warisan leluhur sekaligus merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan penuh syukur dan kebersamaan.