Sepanjang Sejarah Seruput Kopi di Indonesia
- https://www.pexels.com/id-id/foto/sekelompok-orang-indonesia-tertawa-dan-berbagi-cerita-sambil-menikmati-kopi-dan-makanan-ringan-tradisional-di-warung-kopi-yang-nyaman-mencerminkan-33633756/
Tradisi, VIVA Bali –Di banyak sudut kota di Indonesia, aroma kopi kerap jadi penanda pagi yang hidup. Dari warung sederhana hingga kafe bergaya modern, secangkir kopi seakan menjadi bahasa universal untuk berkumpul, bercakap, atau sekadar menyendiri. Namun, budaya minum kopi di negeri ini ternyata punya jejak panjang yang berakar dari masa kolonial.
Menurut penelitian Destiria Fitriani, kopi masuk ke Indonesia dibawa Belanda pada abad ke-17. Saat itu, kopi bukan sekadar minuman, melainkan komoditas penting yang mengisi kas kolonial. Tanaman kopi menyebar di Jawa, Sumatra, hingga Sulawesi, menjadikan Indonesia sebagai salah satu produsen utama kopi dunia. Bagi masyarakat lokal, kopi awalnya identik dengan kerja paksa dan perdagangan kolonial, sebelum kemudian berubah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Memasuki abad ke-20, warung kopi mulai muncul sebagai ruang sosial. Tempat sederhana dengan bangku panjang dan cangkir berisi kopi tubruk bukan hanya jadi lokasi melepas lelah, tetapi juga arena bertukar kabar, bahkan menyelipkan diskusi politik. “Ngopi” pun pelan-pelan menemukan identitasnya sebagai budaya bersama, bukan sekadar kebiasaan minum.
Kini, budaya kopi di Indonesia telah berevolusi. Gelombang “third wave coffee” membawa tren kedai kopi modern dengan barista, latte art, dan biji single origin yang diproses dengan teliti. Namun, di balik kafe-kafe urban yang penuh estetik, warung kopi tradisional tetap bertahan. Di sanalah kopi hitam disajikan dalam gelas sederhana, seringkali ditemani obrolan santai tentang hidup sehari-hari.