Tradisi Nyadran Kali di Desa Wisata Kandri Sebagai Simbol Keharmonisan Alam
- https://genpijateng.com/nyadran-kali-tradisi-budaya-di-tengah-hiruk-pikuk-kota-semarang/
Dilansir pada laman resmi genpijateng.com, pada prosesi tersebut warga membawa kepala sapi, jadah, dan gong. Semua itu memiliki simbol filosofi tersendiri, seperti kepala sapi atau kerbau yang melambangkan penghilangan kebodohan. Jadah atau gemblong menjadi simbol perekat antarwarga, sedangkan gong berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyuarakan sehingga Kandri dapat dikenal luas. Kegiatan Nyadran ini bertujuan merekatkan warga agar saling gotong royong. Gong hanya dibunyikan saat nyadran dimulai. Kepala sapi setelah prosesi dimasak oleh warga, sedangkan jadah atau gemblong dibagikan saat nyadran selesai.
Pelestarian dan Harapan Masyarakat
Dilansir pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, pelestarian warisan budaya tak benda sangat penting sebagai bagian dari identitas bangsa. Pelestarian tradisi Nyadran Kali dilakukan melalui kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan lembaga kebudayaan. “Adanya kegiatan ini semakin menambah kunjungan wisatawan ke Desa Wisata Kandri, yang secara tidak langsung akan berdampak pada perekonomian warga Kandri itu sendiri,” ujar Ibu Mutmainah, Kepala Lurah Kelurahan Kandri pada genpijateng.com. Tantangan modernisasi dan perubahan gaya hidup menjadi perhatian utama dalam menjaga keberlanjutan tradisi ini. Oleh karena itu, edukasi dan promosi budaya menjadi strategi penting untuk menarik minat generasi muda dan wisatawan.