Sekura Festival, Warisan Budaya Lampung yang Go International
- https://disparekraf.lampungprov.go.id/berkas/uploads/zDQbqN4iR7s2vv8hB3e6FvQEyTtuqZa0XOeLUtCq.jpg
Budaya, VIVA Bali – Festival Sekura Cakak Buah adalah salah satu warisan budaya paling berharga dari masyarakat adat Saibatin di Kabupaten Lampung Barat. Tradisi ini telah berlangsung turun-temurun dan selalu digelar setiap tahun setelah Hari Raya Idul Fitri, tepatnya antara tanggal 1 hingga 7 Syawal. Perayaan berlangsung secara bergiliran di lebih dari 30 pekon atau desa, menjadikannya agenda budaya yang dinanti-nantikan masyarakat sebagai ajang silaturahmi penuh sukacita, sekaligus perayaan syukur atas nikmat kehidupan.
Nama Sekura Cakak Buah memiliki makna yang erat dengan unsur-unsur perayaan itu sendiri. Sekura berarti penutup wajah atau topeng, yang menjadi simbolisasi dari keragaman ekspresi manusia. Dalam festival ini, sekura dibedakan menjadi dua jenis. Sekura Betik tampil rapi, sopan, dan berwarna cerah, melambangkan kebaikan serta kesantunan. Sebaliknya, Sekura Kamak hadir dengan wajah menyeramkan, pakaian lusuh, dan kesan kacau, menggambarkan sisi gelap kehidupan. Keduanya dipertemukan dalam satu panggung budaya sebagai wujud keseimbangan hidup: kebaikan dan keburukan, keteraturan dan kekacauan, yang menjadi bagian dari perjalanan manusia. Sementara itu, cakak buah merujuk pada panjat pinang berhadiah, sebuah permainan tradisional yang selalu memancing tawa, sorak-sorai, sekaligus menjadi daya tarik utama festival.
Lebih dari sekadar tontonan, Sekura Cakak Buah sarat dengan nilai-nilai sosial, spiritual, dan budaya. Festival ini menjadi wadah mempererat hubungan antarwarga setelah Lebaran, menumbuhkan semangat gotong royong, serta mengajarkan nilai moral dan kebersamaan kepada generasi muda. Di setiap pekon, masyarakat menyiapkan agenda khas masing-masing, mulai dari arak-arakan sekura yang meriah, pertunjukan seni musik dan tari, pasar rakyat yang melibatkan UMKM lokal, hingga perlombaan panjat pinang yang selalu mengundang antusiasme. Semua kegiatan tersebut menjadi gambaran nyata dari kegembiraan kolektif dan kekuatan solidaritas sosial.
Dukungan pemerintah daerah semakin memperkuat posisi festival ini sebagai salah satu aset budaya unggulan Lampung Barat. Dengan promosi yang berkelanjutan, Sekura Cakak Buah tidak hanya berfungsi sebagai ajang pelestarian tradisi, tetapi juga berkembang menjadi magnet pariwisata. Keunikan topeng-topeng sekura, kemeriahan suasana, serta kedalaman nilai sosial dan spiritual yang menyertainya menjadikan festival ini ikon budaya yang membanggakan, sekaligus peluang untuk meningkatkan perekonomian masyarakat melalui sektor wisata.
Yang menarik, meskipun dunia terus bergerak menuju era modern dengan kemajuan teknologi, Festival Sekura Cakak Buah tetap lestari, digemari, dan menjadi perekat sosial masyarakat Lampung Barat. Tradisi ini membuktikan bahwa budaya tidak pernah menjadi penghalang kemajuan, melainkan kekuatan yang memperkaya identitas bangsa dan mempererat persaudaraan. Kehadirannya memberi pesan kuat bahwa modernitas dan tradisi dapat berjalan berdampingan, saling menguatkan, serta menciptakan harmoni yang indah.
Pesta budaya ini pun memiliki dimensi kemanusiaan yang dalam. Ia bukan hanya tentang mengenakan topeng atau merayakan pesta rakyat, melainkan tentang menumbuhkan rasa kebersamaan, menghargai warisan leluhur, dan menghadirkan kedamaian dalam kehidupan sosial. Melalui semangat gotong royong dan kegembiraan yang tercipta, Sekura Cakak Buah mengingatkan masyarakat akan pentingnya persatuan di tengah keberagaman, sekaligus mengajarkan bahwa warisan budaya adalah sumber inspirasi yang dapat terus relevan hingga masa kini.
Pada akhirnya, Festival Sekura Cakak Buah bukan hanya pesta rakyat yang penuh warna, tetapi sebuah simbol harmoni, kekuatan kebersamaan, dan penghormatan kepada nilai-nilai luhur nenek moyang. Ia adalah wajah Lampung Barat yang autentik, warisan budaya yang tak ternilai harganya, sekaligus energi hidup yang terus menyala dari generasi ke generasi.