Apakah Work Life Balance Cuma Mimpi di Dunia Nyata?
- https://www.pexels.com/id-id/foto/kantor-ruang-kantor-ruang-kerja-biro-8547226/
Lifestyle, VIVA Bali – Bagi banyak orang, istilah work life balance terdengar seperti mimpi manis—ideal, tapi sulit diwujudkan. Jam kerja panjang, tuntutan karier, dan tekanan sosial sering membuat keseimbangan antara karier dan kehidupan pribadi terkikis. Lalu apakah work life balance benar-benar bisa dicapai di dunia nyata? Atau memang hanya angan-angan belaka?
Saat realitas kerja menuntut lebih
Di banyak industri, budaya kerja menekankan produktivitas tinggi dan deadline ketat. Banyak karyawan merasa harus lembur demi target. Akibatnya, waktu untuk keluarga, hobi, atau istirahat jadi tersingkir. Bahkan survei dari OECD menunjukkan rata-rata pekerja dewasa menghabiskan hampir sembilan jam per hari di kantor—tingkat stres meningkat, tidur berkurang, dan hubungan sosial jadi terganggu. Ini jadi alasan utama mengapa "work life balance" sering dianggap sekadar wacana.
Tapi beberapa orang sukses menyeimbangkan
Meski terlihat sulit, ada karyawan dan pemimpin yang memang berhasil bikin kehidupan kerja dan personal seimbang. Mereka menetapkan batas waktu kerja yang tegas, lebih sering cuti, dan aktif pilih sistem kerja fleksibel seperti hybrid atau remote. Dengan mengatur prioritas dan komunikasi dengan atasan, mereka tetap produktif tanpa mengorbankan waktu pribadi.
Orang seperti ini membuktikan bahwa "work life balance" bukan sekadar mimpi tapi bisa menjadi nyata.