Flexing di Media Sosial, Budaya Pamer Remaja dalam Gaya Hidup Konsumtif

Remaja sedang menggunakan smartphone dengan ekspresi kesal
Sumber :
  • https://www.freepik.com/free-photo/angry-young-handsome-male-barber-uniform-holding-looking-phone-isolated-white-background_13213411.htm

Dari segi ekonomi, flexing mendorong budaya konsumtif yang berlebihan. Ketika individu terus-menerus terpapar gaya hidup mewah di media sosial, mereka mungkin merasa terdorong untuk mengeluarkan uang lebih banyak untuk mengikuti tren tersebut. Hal ini dapat menyebabkan pengeluaran yang tidak perlu dan meningkatkan beban finansial, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah atau menengah.

Upaya Pengendalian

Simak 5 Cara Agar Tidak Menjadi Remaja Jompo

Untuk mengatasi dampak negatif dari flexing dan gaya hidup konsumtif, penting bagi semua pihak untuk mempromosikan nilai-nilai yang lebih positif dan realistis. Edukasi mengenai literasi keuangan, pentingnya menabung, dan perencanaan masa depan harus ditingkatkan. Selain itu, kita juga perlu mengingatkan diri sendiri dan orang lain bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu berasal dari materi dan kemewahan, tetapi dari hubungan yang bermakna, pencapaian pribadi, dan kontribusi positif kepada masyarakat.

Di tengah gemerlap dunia maya yang dipenuhi dengan kilauan kemewahan, kita dihadapkan pada pilihan, mengikuti arus pamer yang menyesatkan atau menapaki jalan kesederhanaan yang membebaskan. Flexing mungkin menawarkan kepuasan sesaat, tetapi kebahagiaan sejati terletak pada penerimaan diri dan hubungan yang autentik. Mari kita ajarkan generasi muda untuk melihat nilai dalam diri mereka, bukan dari apa yang mereka miliki, tetapi dari siapa mereka sebenarnya.

Tidak Punya Hobi Bisa Jadi Red Flag, Waspadai Dampaknya dalam Hubungan

 

 

Jangan Ceritakan Mimpi Kita ke Orang Lain, Begini Cara Membangun Mimpimu