Gandrung Sewu Tradisi dan Budaya dengan Ribuan Penari Meriahkan Pantai Boom Banyuwangi
- https://unsplash.com/id/foto/wanita-dengan-pakaian-tradisional-berwarna-warni-memegang-kipas-KRy7-RH6lrs
Menurut Edi Dwi Riyanto Universitas Airlangga, tari Gandrung berakar dari tradisi agraris masyarakat Using. Gandrung awalnya adalah ekspresi rasa syukur atas panen padi, kemudian berkembang sebagai sarana hiburan rakyat, hingga akhirnya menjadi simbol budaya Banyuwangi. Edi Dwi Riyanto Menjelaskan bahwa, “Gandrung Sewu adalah bentuk pelestarian sekaligus ruang baru bagi generasi muda Banyuwangi untuk tetap mencintai dan melestarikan budayanya.”
Festival biasanya digelar menjelang senja, saat matahari perlahan tenggelam di ufuk barat. Gemuruh gamelan berpadu dengan tabuhan kendang, teriakan penyemangat, dan gerak seribu penari yang kompak membuat penonton seakan terhanyut dalam pusaran budaya.
Tak jarang, wisatawan larut dalam suasana: mengabadikan momen, ikut berjoget kecil, atau sekadar duduk menikmati harmoni seni di bawah langit senja Banyuwangi. Momen ini menghadirkan rasa haru, bangga, sekaligus kagum pada kekuatan budaya nusantara.
Lebih dari sekadar tontonan, Gandrung Sewu adalah napas budaya Banyuwangi yang terus hidup dan bertransformasi. Dari panggung pantai hingga kalender nasional, festival ini membuktikan bahwa seni tradisi bisa menjadi magnet kebanggaan sekaligus perekat kebersamaan.