Teba Bali Jadi Contoh Gotong Royong Modern dalam Kelola Sampah Organik
- Aditya Nara unsplash.com/id/foto/sekelompok-orang-berdiri-di-sekitar-di-tengah-hujan-AaXjg5TEeTk
“Teba bukan hanya soal tradisi, tetapi juga strategi berkelanjutan yang mendekatkan masyarakat pada gaya hidup ramah lingkungan,” tulis Warstek dalam artikelnya.
Dengan demikian, teba bisa dipandang sebagai inovasi ekologis berbasis budaya. Masyarakat tidak perlu mengandalkan teknologi modern yang mahal, cukup memanfaatkan pengetahuan lokal yang diwariskan leluhur.
Selain manfaat lokal, praktik ini sejalan dengan agenda global dalam mengurangi emisi dan mendukung ekonomi sirkular. Laporan dari berbagai organisasi lingkungan internasional menekankan pentingnya solusi berbasis masyarakat dalam menghadapi krisis sampah dan perubahan iklim.
Bali, melalui teba, memberi contoh bagaimana sebuah tradisi dapat menjawab tantangan global. Dari pekarangan rumah, masyarakat sudah turut serta menjaga bumi.
“Melalui teba, kami tidak hanya membersihkan lingkungan, tetapi juga menjaga nilai luhur kebersamaan. Semua keluarga di banjar ikut terlibat, dari anak-anak hingga orang tua,” ujar seorang tokoh masyarakat dalam video yang beredar di media sosial.
Pernyataan ini menggambarkan bahwa teba tidak hanya memberi manfaat ekologis, tetapi juga menjadi ruang edukasi generasi muda tentang pentingnya gotong royong dan keberlanjutan.
Dengan kombinasi tradisi, partisipasi masyarakat, dan nilai gotong royong, teba Bali telah menjadi contoh nyata pengelolaan sampah organik yang efektif dan berkelanjutan. Di tengah gempuran teknologi modern, solusi berbasis kearifan lokal seperti inilah yang justru menawarkan jawaban praktis sekaligus memperkuat identitas budaya bangsa.