Magis Daluang dalam Ritual Suci Hindu Bali

Dari kulit tanaman, untuk ilmu dan keabadian
Sumber :
  • Ridwan Zamroni/ VIVA Bali

Gumi Bali, VIVA Bali – Di era kertas modern yang serba praktis, siapa sangka Bali masih menjaga satu warisan unik. Daluang, merupakan kertas tradisional dari kulit pohon saeh (paper mulberry). Proses pembuatannya tidak sederhana—kulit kayu dipukul, direndam, diregangkan, lalu dijemur, menghasilkan lembaran putih alami yang tahan lama. Namun di Bali, daluang lebih dari sekadar kertas. Sebuah penelusuran mendalam dilakukan Tedi Permadi dan kolega dalam artikel yang dimuat di Jurnal Kajian Bali. Penelitian panjang yang rampung baru-baru ini. Dari artikel tersebut, ditemukan beberapa bahasan penting yang menunjukkan bahwa kertas daluang bukan sekadar media tulis kuno. Ia hidup sebagai medium sakral yang menghubungkan manusia, leluhur, dan dewa. Ia juga merupakan jejak yang tak lekang oleh waktu.

Tika: Kalender Suci di Atas Daluang

Dipercaya Sakral, 3 Benda Ini Pantang Dijadikan Oleh-Oleh Khas Bali

Salah satu fungsi terpenting daluang adalah sebagai tika, kalender ritual yang menentukan hari baik (dewasa ayu). Tika ditulis dengan simbol-simbol astronomi dan wariga (ilmu perhitungan Bali), lalu diwariskan turun-temurun dalam grya (kediaman sulinggih). Daluang dipilih bukan hanya karena daya tahannya, tetapi juga karena warnanya yang putih, melambangkan kemurnian kosmos. Tika bukan sekadar kalender, melainkan jembatan spiritual yang menata ritme kehidupan masyarakat Bali.

Bhawa: Mahkota Kesucian Para Sulinggih

Dalam ritual, sulinggih (pendeta Hindu Bali) mengenakan bhawa, penutup kepala yang dahulu dibuat dari daluang. Simbolnya jelas: kesederhanaan dan pelepasan ikatan duniawi. Walau sempat hilang ketika tradisi daluang meredup di tahun 1960-an, kini bhawa dari daluang mulai dihidupkan kembali. Dengan memakainya, seorang pendeta diyakini memperoleh taksu, yakni daya spiritual yang memperkuat doa dan ritualnya.

Ngaben dan Daluang: Mengantar Jiwa Menuju Nirwana

Mengungkap Sisi Spiritual Bali Melalui Upacara Adatnya

Dalam upacara ngaben, daluang berperan vital. Ia hadir dalam bentuk kajang (penutup jenazah dengan mantra), arca rekadana (identitas atma), dan kekitir (lembaran berbentuk kupu-kupu sebagai kendaraan jiwa menuju nirwana). Simbol kupu-kupu pada kekitir menggambarkan transformasi: “dari ulat yang merayap menjadi makhluk bebas yang terbang menuju dunia ilahi”. Ritual ini menegaskan daluang sebagai penyambung jiwa dari dunia fana menuju alam suci.

Halaman Selanjutnya
img_title