Tradisi Brobosan, Benarkah Bertentangan dengan Islam?

Presiden ke-7 Indonesia, melakukan tradisi "Brobosan"
Sumber :
  • https://sumbar.antaranews.com/amp/berita/339538/tradisi-brobosan-dilakukan-presiden-jokowi-saat-prosesi-pemakaman-ibundanya

Tradisi, VIVA Bali – Indonesia memiliki beragam tradisi yang lekat dengan kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah tradisi brobosan, sebuah ritual kematian masyarakat Jawa di mana keluarga berjalan di bawah keranda jenazah sebelum dimakamkan. Tradisi ini menimbulkan pro dan kontra, terutama soal kesesuaiannya dengan ajaran Islam.

Bakar Tongkang, Warisan Tionghoa yang Hidup di Riau

Tradisi brobosan dipandang sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada almarhum sekaligus simbol bakti keluarga agar ikhlas melepas kepergian orang tercinta.

Makna Filosofis Tradisi Brobosan

Harmoni Hujan dan Rakyat Probolinggo dalam Gelaran Ojung

Secara etimologi, brobosan berasal dari kata mbrobos yang berarti berjalan di bawah keranda jenazah. Dalam budaya Jawa, ritual ini erat kaitannya dengan pepatah mikul dhuwur mendem jero yang bermakna menjunjung tinggi kehormatan orang tua atau leluhur. Prosesi ini bukan hanya simbol penghormatan, tetapi juga cara masyarakat membantu keluarga merelakan rasa kehilangan.

Pandangan Islam terhadap Brobosan

Melihat Mantra Pangujanan sebagai Doa, Simbol, dan Jejak Kuno Bencana

Lantas, apakah tradisi ini bertentangan dengan Islam? Dikutip dari Journal of Islamic Jurisprudence, Economic and Legal Theory, hasil wawancara dengan Ustaz Abror Masrawi menunjukkan bahwa tradisi ini tidak bertentangan dengan ajaran Islam selama tidak diyakini sebagai kewajiban agama atau mengandung unsur kesyirikan. Islam menghargai adat istiadat sepanjang tidak menyalahi prinsip tauhid.

Hal ini selaras dengan kaidah fikih al-‘adah muhakkamah yang berarti “adat dapat dijadikan hukum.” Dengan kata lain, selama tidak menyimpang dari syariat, tradisi dapat dipandang sebagai adat yang sah.

Halaman Selanjutnya
img_title