Baritan dan Lengger Tradisi Budaya yang Menyatu dalam Kehidupan Banyumas
- https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-laki-laki-lelaki-orang-orang-13529791/
Budaya, VIVA Bali – Banyumas dikenal memiliki kekayaan budaya yang lekat dengan kehidupan masyarakat pedesaan. Dua tradisi yang hingga kini masih dijaga adalah Baritan dan Lengger, yang sama-sama memiliki makna ritual, spiritual, sekaligus sosial.
Baritan merupakan tradisi agraris masyarakat Banyumas yang digelar sebagai ungkapan syukur sekaligus doa agar diberi kesuburan tanah, hujan yang cukup, serta terhindar dari bencana. Upacara ini biasanya berlangsung di bulan tertentu dalam penanggalan Jawa, bertepatan dengan musim tanam.
Dalam prosesi Baritan, masyarakat menggelar doa bersama, tasyakuran dengan hasil bumi, hingga pertunjukan kesenian tradisional. Di beberapa desa, ritual ini juga disertai
pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Tradisi tersebut mencerminkan kearifan lokal yang memadukan spiritualitas, gotong royong, dan hubungan harmonis antara manusia dengan alam.
Sementara itu, Lengger adalah tarian rakyat khas Banyumas yang telah menjadi bagian dari identitas budaya setempat. Tarian ini biasanya dibawakan berpasangan dengan iringan musik calung atau gamelan bambu. Nama “Lengger” berasal dari ungkapan Jawa eling ngger yang berarti “ingatlah, nak/kawan”, sebagai pengingat akan nilai moral dan kebersamaan.
Lebih dari sekadar pertunjukan, lengger sering kali menjadi media komunikasi sosial.
Melalui gerak tari, nyanyian, dan interaksi antara penari dengan penonton, lengger
menghadirkan ruang interaksi budaya yang egaliter, di mana masyarakat bisa berkumpul, berbagi cerita, sekaligus menguatkan ikatan komunitas.
Kedua tradisi ini kerap bertemu dalam satu ruang perayaan. Dalam ritual Baritan,
pertunjukan Lengger menjadi bagian penting yang menghidupkan suasana sekaligus memperkuat makna spiritual acara. Hubungan ini menunjukkan bagaimana ritual dan kesenian saling melengkapi: Baritan memberi dimensi religius, sementara Lengger menghadirkan kegembiraan dan kebersamaan.
Baritan dan Lengger merefleksikan filosofi hidup masyarakat Banyumas yang menjunjung kebersamaan, keselarasan dengan alam, serta penghormatan kepada leluhur. Tradisi ini juga menjadi simbol identitas lokal yang memperkaya keragaman budaya Nusantara.
Meski menghadapi tantangan zaman, berbagai upaya pelestarian terus dilakukan, baik melalui festival budaya, pementasan seni, maupun regenerasi seniman. Dengan cara itu,
Baritan dan Lengger diharapkan tetap hidup, tidak hanya sebagai ritual, tetapi juga sebagai warisan budaya yang mengajarkan harmoni dan kebersamaan.