180 Kali Tak Pernah Putus, Gawe Adat Otak Reban Jadi Benteng Air Masyarakat Sambelia
- Amrullah/VIVA Bali
Lombok Timur, VIVA Bali – Di tengah derasnya arus modernisasi, masyarakat Sambelia tetap setia menjaga warisan leluhur, mereka kembali menggelar Gawe Adat Selametan Otak Reban di Balai Sangkep Otak Reban, sebuah tradisi yang telah berlangsung tanpa jeda selama tiga generasi, dan kini memasuki pelaksanaan ke-180. Rabu 8 Oktober 2025.
Bagi warga, Otak Reban bukan sekadar upacara adat, melainkan ritual menjaga air — sumber kehidupan yang menjadi denyut nadi lima desa di pesisir timur Lombok. Tradisi ini menjadi simbol rasa syukur sekaligus bentuk tanggung jawab bersama terhadap kelestarian alam.
Acara berlangsung khidmat dengan kehadiran Wakil Bupati Lombok Timur H. Moh. Edwin Hadiwijaya, bersama jajaran OPD, Kapolres, Danramil, Stafsus Bidang Pemerintahan Desa dan Kesehatan, serta para kepala desa, tokoh agama, tokoh adat, dan Pekasih dari lima desa: Labuan Pandan, Sambelia, Bagik Manis, Sugian, dan Dadap.
Kebersamaan lintas generasi itu menjadi bukti bahwa semangat gotong royong masih kokoh di tengah perubahan zaman.
“Penyelenggaraan gawe adat ini sudah mencapai kali ke-180. Ini pencapaian luar biasa yang hanya mungkin terwujud berkat kekompakan masyarakat,” kata Wabup Edwin dalam sambutannya.
Ia menilai Otak Reban sebagai contoh kearifan lokal yang lebih relevan dari teori konservasi modern, karena menjaga sumber daya alam telah menjadi bagian dari budaya warga sejak ratusan tahun silam.
“Ini bukan sekadar adat, tapi sistem sosial yang menjaga lingkungan jauh sebelum istilah pelestarian populer,” tambahnya.