Melambung di Langit Bali, Layang-layang Tradisional Penuh Makna
- https://etnis.id/layang-layang-yang-dijaga-kelestariannya-di-bali/#:~:text=Di%20Bali%2C%20terdapat%20kisah%20mitologi,dewa%20saat%20musim%20panen%20tiba.
Makna Spiritual dan Filosofis
Bagi masyarakat Bali, layang-layang tidak hanya terdiri dari rangka dan benang, melainkan dianggap memiliki tulang, tubuh, dan roh. Layang-layang Janggan, misalnya, dipercaya sebagai perwujudan dari naga Basuki—penjaga keseimbangan dunia dalam kepercayaan Hindu Bali. Kepercayaan ini menjadikan setiap proses penerbangan layang-layang sebagai bentuk komunikasi spiritual dengan alam dan para dewa.
Di Bali, terdapat kisah mitologi Rare Angon atau Dewa Layang-layang. Rare Angon dipercaya umat Hindu sebagai penjelmaan Dewa Siwa yang berperawakan anak-anak saat sedang menggembalakan kerbau di sawah. Kisah Rare Angon juga erat kaitannya dengan kehadiran dewa saat musim panen tiba. Saat itu, Rare Angon akan datang ke bumi dengan diiringi tiupan seruling yang diartikan sebagai tanda pemanggil angin. Hal ini juga dipercaya sebagai bentuk perlindungan yang diberikan dewa untuk melindungi area persawahan dari hama-hama.
Pembuatan Layang-layang Tradisional
Proses pembuatan layang-layang khas Bali dilakukan secara tradisional dengan melibatkan pembagian peran dalam komunitas. Para laki-laki umumnya bertugas membentuk kerangka dari bambu tua yang sudah diberi minyak tanah agar tahan lama, sedangkan perempuan akan membantu dalam menghias atau menempelkan kertas dan kain pada rangka tersebut.
Desain layangan bisa sederhana, tetapi pengerjaannya tetap memerlukan keterampilan dan ketelitian. Warna-warna yang digunakan pun tidak sembarangan karena memiliki makna simbolis yang mendalam, seperti merah, putih, hitam, dan kuning.
Warga Bali membuat layang-layang dengan berbagai macam bentuk dan ukuran, biasanya untuk dimainkan di daerah pantai yang anginnya kencang. Bahkan, terdapat acara yang diselenggarakan setiap tahun pada bulan Juli, yaitu Festival Layang-layang Bali.