Menggali Makna Tersembunyi di Balik Tradisi Mebuug di Badung Bali
- https://www.aditya-web.com/2020/03/tradisi-mabuug-buugan-ritual-lumpur-di-kedonganan-bali.html
Gumi Bali, VIVA Bali – Tradisi bukan sekedar perayaan, tetapi juga cermin nilai dan harapan yang diwariskan turun-temurun. Salah satunya adalah Tradisi Mebuug-buugan, yang uniknya justru melibatkan lumpur sebagai media pembersih diri.
Tradisi ini dilangsungkan di Desa Adat Kedonganan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali. Masyarakat setempat melaksanakannya sehari setelah Hari Raya Nyepi, pada momen yang disebut Umanis Nyepi atau Ngembak Geni.
Sejarah tradisi ini sudah ada sejak sebelum masa penjajahan, namun sempat terhenti akibat meletusnya Gunung Agung tahun 1963 dan situasi politik G30S/PKI tahun 1965. Tradisi ini mulai hidup kembali berkat inisiatif generasi muda dan dukungan para tokoh masyarakat.
Prosesinya diawali dengan berkumpulnya warga di Pura Dalem Kedonganan untuk sembahyang bersama. Setelah itu, mereka bergerak ke area berlumpur dan memulai perang lumpur dengan sukacita dan penuh tawa.
Lumpur yang digunakan bukan sekadar permainan, melainkan simbol Bhutakala atau roh-roh jahat yang menempel pada manusia. Dengan saling melempar lumpur, mereka menggambarkan usaha membersihkan diri dari energi negatif pasca Catur Brata Penyepian.
Pesertanya terdiri dari laki-laki dan perempuan dari berbagai usia, mulai dari anak-anak hingga orang tua. Usai tradisi, warga bersama-sama berjalan menuju Pantai Kedonganan untuk mandi laut sebagai bentuk penyucian diri terakhir.
Tradisi Mebuug-buugan bukan hanya ritual, tapi juga upaya menjaga kearifan lokal sekaligus potensi wisata budaya. Lewat tradisi ini, masyarakat belajar bahwa kebersamaan, spiritualitas, dan alam bisa bersatu dalam harmoni.