Eksistensi Tradisi Ngoncang dalam Kehidupan Masyarakat Buleleng

Irama kayu tradisi ngoncang yang masih hidup di tengah masyarakat Bali
Sumber :
  • https://www.genpi.co/travel/7136/sudah-hampir-punah-tradisi-unik-ini-di-bali

Gumi Bali, VIVA Bali – Di tengah gempuran modernitas, ada gema kayu yang masih mengetuk memori kolektif masyarakat Bali bagian utara. Tradisi itu disebut Ngoncang, sebuah warisan budaya yang memadukan irama alam dan spiritualitas dalam harmoni yang unik.

Menyusuri Jejak Seni Leluhur di Museum Le Mayeur Bali

Tradisi Ngoncang dapat dijumpai di wilayah Kabupaten Buleleng, terutama di Desa Pakraman Buleleng dan Desa Nagasepeha. Aktivitas ini dilakukan secara berkelompok, biasanya oleh enam hingga delapan orang yang bersama-sama menumbuk padi menggunakan alu dan ketungan.

Tradisi ini telah diwariskan secara turun-temurun, awalnya muncul dari kebiasaan masyarakat dalam mengolah padi secara tradisional. Namun seiring waktu, aktivitas menumbuk padi itu berkembang menjadi simbol kebersamaan, keharmonisan, dan penghormatan terhadap alam dan Tuhan, sejalan dengan konsep Tri Hita Karana dalam ajaran Hindu.

Harmoni Tari Janger yang Ceria dan Sarat Makna Tradisi

Biasanya, Ngoncang dilakukan menjelang upacara keagamaan seperti Ngaben atau Otonan, juga saat peristiwa alam seperti gempa atau gerhana bulan. Ketika dilakukan, irama pukulan alu ke ketungan menciptakan suara khas yang dipercaya membawa kekuatan spiritual.

Salah satu momen penting pelaksanaan Ngoncang adalah saat piodalan di Pura Kawitan Tangkas Kori Agung di Desa Nagasepeha. Dalam rangkaian ritual tersebut, Ngoncang dilaksanakan pagi dan sore hingga puncak acara tiba pada Buda Wage Kelawu.

Mengenal Jiwa Ksatria dalam Gerak Tari Baris Bali

Menariknya, tradisi ini juga terkait dengan mitos raksasa Kalarau yang dipercaya mencoba menelan Dewi Bulan saat gerhana terjadi. Untuk mengusir raksasa tersebut, warga memukul alu ke ketungan agar menghasilkan suara yang diyakini dapat menggagalkan niat Kalarau.

Kini, meskipun tak seramai dulu, gema Ngoncang masih menyentuh nurani masyarakat yang ingin menjaga keseimbangan hidup melalui tradisi. Tradisi ini tidak sekedar ritual, melainkan nyanyian kayu yang merayakan harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan.