Tradisi Unik Mekotek yang Masih Hidup di Desa Munggu Bali

Mekotek Sebagai Wujud Syukur Atas Keberkahan Hidup
Sumber :
  • https://pin.it/5orlH2Lu5

Gumi Bali, VIVA Bali – Di tengah hiruk pikuk modernitas, Bali tetap setia menjaga tradisi leluhurnya dengan penuh semangat. Salah satunya adalah tradisi unik bernama Mekotek, yang setiap enam bulan sekali menggema di Desa Munggu dengan semangat tolak bala dan penghormatan budaya.

Mengenal Jiwa Ksatria dalam Gerak Tari Baris Bali

Tradisi Mekotek berlangsung di Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali. Upacara ini diadakan setiap Hari Raya Kuningan dan dikenal pula dengan sebutan Ngerebek oleh warga setempat.

Sejarah Mekotek bermula dari masa Kerajaan Mengwi yang menyambut kemenangan prajuritnya atas Kerajaan Blambangan di Jawa Timur. Pernah dilarang oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1915, tradisi ini dihidupkan kembali oleh masyarakat setelah wabah penyakit merebak sebagai bentuk tolak bala.

Pesona Jalak Bali dan Ancaman Nyatanya

Dahulu, Mekotek menggunakan tombak besi, tetapi karena membahayakan, kini diganti dengan tongkat kayu pulet sepanjang 2–3,5 meter. Ribuan peserta laki-laki dari usia 12 hingga 60 tahun mengenakan pakaian adat madya dan berkumpul di Pura Dalem Munggu untuk memulai persembahyangan.

Setelah upacara syukur dilakukan, seluruh peserta berjalan beriringan menuju sumber mata air di bagian utara kampung. Dalam barisan yang dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, tiap kelompok akan membentuk formasi kerucut dengan tongkat mereka dan bersiap untuk ritual utama.

Udeng Bali, Simbol Kehormatan Lelaki Pulau Dewata

Diiringi gamelan yang membangkitkan semangat, tiap kelompok mengadu kerucut tongkat kayu mereka sebagai simbol semangat dan keberanian. Sosok pemberani akan naik ke puncak kerucut dan memberikan komando perang, menabrakkan formasi mereka ke kelompok lawan, menciptakan momen penuh adrenalin dan kekompakan.

Tradisi Mekotek tak sekadar tontonan, tetapi sebuah cermin keteguhan masyarakat Bali dalam merawat warisan leluhur dan nilai spiritualnya. Di balik bunyi tek-tek kayu yang beradu, tersimpan doa keselamatan, rasa syukur, dan semangat kebersamaan yang diwariskan lintas generasi.