Makna Warna dalam Budaya Negara-Negara Asia yang Jarang Diketahui

Beragam makna warna dalam budaya Asia
Sumber :
  • https://www.loteagency.com.au/how-different-cultures-see-colours-part-2/

Budaya, VIVA Bali – Setiap warna punya arti berbeda di berbagai budaya, dan di negara-negara Asia, warna bukan sekadar elemen visual, tapi simbol kuat yang melekat dalam tradisi, spiritualitas, hingga adat istiadat.

Sasi, Tradisi Leluhur Papua untuk Kehidupan dan Konservasi Berkelanjutan

 

 

Eksplorasi Makna di Balik Gerakan

 

Di Tiongkok, warna merah melambangkan keberuntungan dan kebahagiaan. Tak heran jika hampir seluruh dekorasi Tahun Baru Imlek, pernikahan, hingga pakaian pengantin didominasi warna merah. Sebaliknya, warna putih dalam budaya Tiongkok sering diasosiasikan dengan duka cita dan digunakan dalam prosesi pemakaman.

Warisan Hindu-Buddha, Patirthan di Lereng Gunung Ungaran

 

 

 

Berbeda dengan Jepang, di mana warna putih justru melambangkan kemurnian dan kesucian. Dalam upacara-upacara keagamaan Shinto, warna putih banyak dipakai sebagai simbol kesucian spiritual. Sementara itu, warna ungu dulunya hanya boleh dipakai oleh keluarga kekaisaran, menjadikannya simbol status tinggi dan kebangsawanan.

 

 

 

Di India, warna sangat kuat dalam ranah religius. Warna oranye atau saffron dianggap paling suci dan sering dikenakan oleh para rohaniawan Hindu. Warna hijau juga memiliki makna penting, sering dikaitkan dengan kelahiran kembali dan kehidupan baru, serta erat hubungannya dengan agama Islam yang juga banyak dianut di India.

 

 

 

Sementara itu di Indonesia, banyak kebudayaan lokal yang juga menyematkan filosofi pada warna. Dalam budaya Jawa misalnya, warna hitam melambangkan kekuatan dan kewibawaan, sementara warna putih melambangkan kesucian dan kejujuran. Di Bali, warna-warna tertentu digunakan dalam upacara keagamaan berdasarkan arah mata angin dan makna spiritualnya.

 

 

 

Makna warna dalam budaya Asia memperlihatkan betapa dalamnya nilai simbolik yang diwariskan secara turun-temurun. Dengan memahami hal ini, masyarakat dapat lebih menghargai kekayaan budaya serta menghindari kesalahan saat berinteraksi lintas budaya, terutama dalam konteks wisata, bisnis, atau kerja sama internasional.