Kopi Buleleng Terancam ‘Ampas’, Brida Gaet Akademisi Selamatkan Petani
- Dok. Humas Pemkab Buleleng/ VIVA Bali
Buleleng, VIVA Bali –Potensi besar kopi Arabika dan Robusta di Buleleng terancam hanya jadi ‘ampas’ bagi petani lokal. Mayoritas hasil panen justru dinikmati pihak luar, dipasarkan dengan merek daerah lain, dan membuat petani gigit jari.
Situasi miris ini mendorong Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Kabupaten Buleleng bergerak cepat menyusun roadmap pengembangan komoditas kopi, menggandeng akademisi demi kesejahteraan petani.
Diskusi penyusunan roadmap ini digelar di Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Kabupaten Buleleng pada Selasa 20 Mei 2025, melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
Ketua Tim Pelaksana, I Wayan Rideng, dari Universitas Warmadewa, mengungkapkan kegelisahannya.
"Kami menemukan bahwa hasil kopi dari Buleleng justru dinikmati oleh pihak lain. Beberapa pelaku usaha menggunakan kopi Buleleng tetapi memasarkan dengan merek dari daerah lain," ujarnya.
Padahal, kopi Bali, seperti Kintamani, sudah menduduki peringkat kedua nasional setelah Kopi Gayo. Namun, kopi Buleleng banyak yang belum memiliki identitas merek kuat.
"Petani kita hanya mendapatkan ‘ampasnya’, tidak memperoleh keuntungan maksimal. Hal ini membuat petani menjadi lesu dan kehilangan semangat," tambah Rideng.