Ombak Ekas Jadi Rebutan, Peselancar Cina Sebut Setara Hawai tapi Lebih Berbahaya

Peselancar asal Cina Fanfan menikmati gulungan ombak di perairan Ekas
Sumber :
  • Stafsus Bupati/VIVA Bali

“Maksud saya, spot selancar itu milik desa. Awang sekarang terkenal karena pemandangan indah dan jalan bagus. Tapi regulasi kunjungan ke spot itu belum ada,” jelasnya.

Pengosongan Lahan di Tanjung Aan Dicoba Melalui Langkah Persuasif

Fanfan menyebut pernah ada 11 kapal dengan hampir 100 orang di satu lokasi. Padahal, untuk selancar, jumlah itu dinilai rawan tabrakan antarpeselancar atau dengan kapal yang parkir.

“Spot di dalam itu cuma satu, dan bukan gelombang besar. Kita tidak bisa bermanuver bebas. Satu gelombang itu paling bisa dipakai dua orang saja,” ungkapnya.

Investasi Tertahan, WNA Australia Bongkar Dugaan Pemerasan oleh Wakil Ketua DPRD Lombok Barat

Ia juga pernah mengalami insiden tertabrak peselancar pemula yang memotong jalur hingga kepalanya terbentur dan terluka.

“Kepala saya dijahit enam jahitan. Saya tidak bisa berselancar sebulan. Saat itu saya takut sekali, karena ada orang yang tidak tahu aturan lalu melompat menimpa saya,” ujarnya.

Serapan Gabah Bulog NTB Mencapai 162.385 Ton Setara Beras

Staf Khusus Pariwisata Lombok Timur, Ahmad Roji, menegaskan aturan sudah dibuat demi kenyamanan dan keamanan peselancar. Salah satunya, dalam satu jam hanya boleh ada empat kapal dengan tujuh penumpang di spot.

“Penumpukan membuat kawasan overload dan wisatawan tidak nyaman. Regulasi yang kita tetapkan harusnya ditaati bersama,” pungkasnya.