Tak Terlihat tapi Membakar! 63 Titik Api Telah Dipadamkan Sejak Awal 2025
- https://www.pexels.com/photo/forest-on-fire-51951/
Dalam kunjungan kerjanya, Wakil Menteri Kehutanan Sulaiman Umar Siddiq menekankan bahwa pengendalian karhutla tidak bisa hanya bertumpu pada pemadaman saat api sudah menyebar.
“Keberhasilan pengendalian karhutla terletak pada sinergi antara pemerintah pusat dan daerah, dunia usaha, serta masyarakat,” tegasnya.
Sulaiman juga menyoroti pentingnya pencegahan dini, yang menurutnya jauh lebih murah dan efektif dibanding pemadaman. Pemerintah kini terus memaksimalkan penggunaan teknologi seperti citra satelit dan patroli drone untuk mendeteksi titik api sedini mungkin.
Namun, teknologi bukan satu-satunya solusi. Kesiapsiagaan personel, ketersediaan sarana prasarana, dan keterlibatan aktif masyarakat lokal juga menjadi fondasi penting. Program Masyarakat Peduli Api (MPA) pun digencarkan, dengan pelibatan tokoh adat, tokoh agama, dan pemuda desa agar penyadaran lingkungan menyentuh seluruh lapisan masyarakat.
“Api bisa membakar hutan dalam sehari, tapi butuh puluhan tahun untuk menumbuhkannya kembali. Maka, siapa pun yang mencegah api hari ini, berarti dia adalah penyelamat generasi esok,” pungkas Sulaiman Umar Siddiq.
Kalimantan Timur berada di persimpangan antara ambisi pembangunan dan kelestarian lingkungan. Jika karhutla tidak ditanggulangi sejak dini, bukan hanya pohon dan tanah yang hangus, tetapi juga harapan akan masa depan ibu kota yang hijau dan berkelanjutan.
Upaya pemadaman memang penting, tapi pencegahan adalah benteng pertama, dan itu bukan hanya tugas pemerintah itu adalah tanggung jawab kita bersama.