5 Fakta Menarik Perayaan Hari Waisak di Candi Borobudur, Nomor 2 Bikin Takjub!

Perayaan Waisak di Borobudur
Sumber :
  • https://www.instagram.com/p/C7i6BThP23m/?img_index=2&igsh=MTh5NWUxdmxvanN1Yw==

Budaya, VIVA Bali – Perayaan Waisak di Candi Borobudur selalu menjadi magnet wisata budaya sekaligus momentum spiritual bagi umat Buddha di Indonesia dan dunia. Ribuan orang memadati kawasan candi megah di Magelang, Jawa Tengah, setiap tahun untuk merayakan kelahiran, pencerahan, dan wafatnya Sang Buddha Gautama. Tradisi yang berlangsung khidmat ini bukan hanya ritual keagamaan, tetapi juga pesta budaya yang sarat makna dan memikat wisatawan.

Mengulik Nilai Spiritual dalam Tradisi Ruwatan

Perayaan Waisak di kompleks Candi Borobudur pertama kali digelar pada tahun 1929. Saat itu, umat Buddha di Indonesia bersama biksu dari berbagai negara memanfaatkan momentum ini untuk menghidupkan kembali fungsi Borobudur sebagai pusat ibadah. Sejak saat itu, tradisi Waisak di Borobudur terus dilestarikan hingga kini.

Pemerintah menetapkan Hari Raya Waisak sebagai hari libur nasional sejak 1983. Kebijakan ini memberi kesempatan umat Buddha merayakan Waisak dengan tenang sekaligus mengenalkan nilai toleransi dan keberagaman kepada masyarakat luas. Masyarakat umum pun dapat menikmati suasana sakral perayaan ini.

Seren Taun, Tradisi Panen Raya Masyarakat Sunda

Berikut tujuh fakta menarik tentang perayaan Waisak di Candi Borobudur yang wajib diketahui.

1.      Diikuti Umat Buddha dari Berbagai Penjuru Dunia

Candi Borobudur menjadi destinasi utama umat Buddha global saat Waisak. Ribuan peziarah dari Thailand, Myanmar, Sri Lanka, Nepal, hingga Eropa dan Amerika hadir untuk berdoa dan mengikuti prosesi. Momen ini memperlihatkan Borobudur sebagai simbol persaudaraan lintas negara.

2.      Diawali dengan Pengambilan Api Dharma dan Air Suci

Menjaga Syahdu Kelong di Lingkup Budaya Makassar

Prosesi Waisak dimulai dengan pengambilan Api Dharma dari Api Abadi Mrapen di Grobogan dan Air Suci dari Umbul Jumprit di Temanggung. Kedua elemen ini dibawa menuju Borobudur sebagai simbol kesucian, pencerahan, dan kehidupan. Kehadiran Api Dharma dan Air Suci menjadi bagian paling dinanti karena membawa pesan harmoni antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.

3.     Thudong, Perjalanan Spiritualitas Para Biksu

Menjelang Waisak, puluhan biksu melakukan perjalanan spiritual yang dikenal sebagai Thudong. Mereka berjalan kaki sejauh 2.500 km dari Thailand menuju Candi Borobudur. Ritual ini melambangkan keteguhan hati, pengendalian diri, dan kesungguhan dalam mencari pencerahan.

4.      Pelepasan Lampion yang Spektakuler

Salah satu atraksi paling ditunggu wisatawan adalah pelepasan ribuan lampion ke langit malam. Cahaya lampion melambangkan harapan dan doa yang dipanjatkan. Pemandangan lampion yang beterbangan dengan latar megah Borobudur menciptakan suasana magis dan romantis.

5.      Simbol Toleransi dan Warisan Budaya

Perayaan Waisak di Borobudur bukan hanya ritual agama, tetapi juga simbol kerukunan bangsa. Acara ini memperlihatkan bahwa Indonesia mampu menjaga warisan budaya dunia sekaligus memberi ruang bagi kebebasan beragama. Kolaborasi pemerintah, komunitas Buddha, dan masyarakat lokal menjadikan Borobudur pusat perayaan yang damai.

Perayaan Waisak di Candi Borobudur menghadirkan pengalaman spiritual yang berpadu dengan keindahan budaya. Bagi wisatawan, momen ini menjadi kesempatan menyaksikan harmoni antara tradisi, religi, dan pesona alam Jawa Tengah.