Kirab Malam Satu Suro Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Surakarta
- https://www.instagram.com/p/BZU1QaajAai/?igsh=NmVhdnRwcGphN2M4
Budaya, VIVA Bali – Kirab Malam Satu Suro di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat merupakan salah satu tradisi budaya paling sakral di Jawa. Setiap tahun, ribuan orang memadati kawasan keraton untuk menyaksikan prosesi yang sarat nilai spiritual, sejarah, dan kearifan lokal ini. Arak-arakan pusaka keraton serta kebo bule keturunan Kyai Slamet menjadi ikon utama yang selalu ditunggu masyarakat. Kirab ini tidak hanya menjadi cara menyambut tahun baru Jawa, tetapi juga sarana introspeksi dan doa bersama bagi keselamatan serta kesejahteraan.
Tradisi kirab bermula dari kebiasaan Raja Pakubuwono X yang kerap berkeliling tembok Baluwarti setiap Selasa dan Jumat Kliwon pada masa pemerintahannya (1893–1939). Kebiasaan itu berkembang menjadi prosesi tahunan yang dilaksanakan setiap malam 1 Suro. Tujuannya memohon perlindungan, keberkahan, dan mengingatkan masyarakat agar memperbaiki diri dalam menyambut tahun baru Jawa.
Rute dan Waktu Pelaksanaan
Rute kirab dimulai dari dalam Keraton Surakarta, melintasi Jalan Supit Urang, Alun-alun Lor, serta Jalan Slamet Riyadi, kemudian kembali ke keraton. Prosesi umumnya dimulai pukul 23.00 WIB atau tengah malam, setelah ritual Wilujengan yang dilakukan sebelum kirab berlangsung. Suasana malam kota Solo yang diterangi lampu jalan menambah pesona acara ini.
Peserta dan Tata Busana
Kirab melibatkan abdi dalem, kerabat keraton, serta masyarakat umum. Para peserta mengenakan pakaian adat Jawa serba hitam. Pria memakai beskap dan jarik, sementara wanita mengenakan kebaya hitam. Seluruh peserta berjalan tanpa alas kaki sebagai simbol kesederhanaan dan penghormatan terhadap ritual. Selama prosesi berlangsung, mereka menerapkan tapa bisu, yaitu larangan berbicara, agar suasana khidmat tetap terjaga.