Di Baduy Tidak Ada Kuburan! Mengungkap Tradisi Pemakaman Suku Baduy
- https://www.instagram.com/p/DMDR2FwvSsL/?img_index=10&igsh=aTgwcnAyZWhkNWk5
Budaya, VIVA Bali – Suku Baduy dikenal sebagai komunitas adat yang hidup sederhana dan menjaga keterikatan erat dengan alam. Terletak di pedalaman Banten, masyarakat adat ini memiliki tradisi yang unik, termasuk dalam tata cara pemakaman. Meski secara garis besar mirip dengan prosesi pemakaman masyarakat Muslim pada umumnya, dimulai dari memandikan, mengkafani, hingga menguburkan, ada kekhasan tersendiri yang menjadi ciri budaya Baduy.
Berbeda dengan masyarakat luar, Suku Baduy tidak memiliki kompleks pemakaman khusus. Jenazah dimakamkan di area dekat perkampungan, tepatnya di bagian utara. Lokasi ini dipercaya sebagai arah yang baik untuk penguburan leluhur. Hal ini sejalan dengan pandangan hidup masyarakat Baduy yang menempatkan harmoni dengan alam sebagai pedoman utama.
Proses pemakaman dimulai dari memandikan jenazah. Tata cara ini dijalankan sesuai jenis kelamin: jenazah laki-laki dimandikan oleh dukun laki-laki, sementara jenazah perempuan ditangani oleh dukun perempuan. Setelah bersih, tubuh jenazah ditaburi bubuk kayu cendana yang dianggap memiliki makna kesucian sekaligus penolak bala. Jenazah kemudian dikafani dengan kain putih sederhana, sebagai simbol kembali kepada Sang Pencipta dalam keadaan suci.
Langkah berikutnya adalah doa bersama yang dipimpin oleh penghulu adat. Doa ini tidak hanya memohonkan keselamatan bagi almarhum, tetapi juga ketabahan bagi keluarga yang ditinggalkan. Jenazah lalu dinaikkan ke atas keranda bambu untuk dibawa ke lokasi pemakaman. Dengan suasana penuh khidmat, masyarakat Baduy mengiringi prosesi tersebut hingga penguburan selesai dilakukan.
Tradisi unik yang menyertai pemakaman adalah “selametan pait”, sebuah ritual doa dan kebersamaan yang berlangsung selama tujuh hari. Pada acara ini, kaum perempuan diminta menumbuk padi serta memasak makanan yang kemudian disajikan kepada warga. Selametan pait biasanya dilakukan pada hari pertama, hari ketiga, dan hari ketujuh setelah penguburan. Ritual ini menjadi simbol berbagi, rasa syukur, serta doa berkelanjutan bagi arwah yang telah berpulang.
Nilai yang terkandung dalam tradisi pemakaman Suku Baduy sangat kental dengan filosofi hidup mereka. Kesederhanaan tampak jelas dalam setiap tahap, mulai dari penggunaan bahan-bahan alami hingga pemilihan lokasi pemakaman yang menyatu dengan desa. Sementara itu, selametan pait menunjukkan kuatnya budaya gotong royong, peran perempuan dalam kehidupan sosial, serta pentingnya menjaga keseimbangan antara spiritualitas dan kebersamaan.
Hingga kini, prosesi pemakaman Suku Baduy tetap terjaga dan diwariskan lintas generasi. Tradisi ini bukan hanya ritual akhir bagi seseorang yang meninggal dunia, melainkan juga cerminan pandangan hidup masyarakat Baduy yang selalu dekat dengan alam, sederhana dalam sikap, dan penuh penghormatan terhadap leluhur.