Apakah Anak Harus Selalu Menurut pada Orang Tua? Begini Menurut Ahli
- https://www.pexels.com/id-id/foto/wanita
Lifestyle, VIVA Bali – Hubungan antara orang tua dan anak memang unik. Di satu sisi ada rasa hormat yang harus dijaga, di sisi lain anak juga punya hak untuk bersuara dan memilih jalan hidupnya sendiri. Pertanyaan yang sering muncul adalah, apakah anak harus selalu menurut pada orang tua dalam segala hal?
Jawabannya tidak sesederhana ya atau tidak. Banyak faktor yang memengaruhi, mulai dari usia, tingkat kemandirian, konteks keputusan, hingga nilai-nilai keluarga. Artikel ini akan membahas dari berbagai sisi agar kamu bisa menilainya secara bijak.
Rasa hormat tidak berarti patuh buta
Rasa hormat pada orang tua penting, tapi bukan berarti harus selalu setuju dengan semua keputusannya. Apalagi jika keputusan itu menyangkut masa depan anak secara langsung, seperti karier, pendidikan, atau pernikahan. Anak berhak berdialog dan mengutarakan pendapat, tanpa dianggap durhaka.
Menurut psikolog keluarga dari Psychology Today, hubungan orang tua dan anak yang sehat dibangun atas dasar komunikasi dua arah. Saat anak merasa didengar, mereka juga lebih terbuka dan tidak menyembunyikan masalah.
Anak perlu belajar mengambil keputusan
Orang tua memang lebih dulu hidup, tapi tidak semua keputusan mereka cocok dengan kondisi zaman sekarang. Misalnya, soal pilihan jurusan kuliah atau pekerjaan yang dianggap “aman” tapi tidak sesuai dengan minat anak. Bila anak selalu menurut tanpa berpikir, mereka berisiko kehilangan jati diri.
Psikolog dari Harvard Graduate School of Education menyarankan agar orang tua memberi ruang bagi anak untuk mencoba dan belajar dari kesalahan. Kemandirian dalam berpikir adalah bekal penting menuju kedewasaan.
Beda pendapat bukan berarti konflik
Sering kali perbedaan pendapat dianggap sebagai tanda pembangkangan. Padahal, beda pandangan bisa jadi momen belajar untuk kedua belah pihak. Yang penting adalah bagaimana cara menyampaikan pendapat dengan sopan dan tetap menjaga suasana hormat.
Jika terjadi ketegangan, cobalah lakukan pendekatan dengan empati. Jelaskan alasan di balik pilihan yang kamu buat dan dengarkan alasan orang tua tanpa memotong. Dari sini bisa tercipta kompromi yang saling menguntungkan.
Kapan sebaiknya anak berkata tidak
Ada kalanya anak memang harus berkata “tidak” pada orang tua, terutama jika perintah atau dorongannya membahayakan, menyalahi hukum, atau bertentangan dengan prinsip pribadi. Misalnya dipaksa menikah dengan seseorang yang tidak dikenal, atau diminta melanjutkan usaha keluarga yang tidak disukai.
Bukan berarti tidak menghargai orang tua, tapi ini soal menjaga kesehatan mental dan masa depan yang dijalani sendiri. Menurut American Psychological Association, keberanian untuk berkata tidak secara sehat adalah tanda kedewasaan emosional.
Membangun hubungan sehat antara generasi
Idealnya, hubungan orang tua dan anak bukan tentang siapa yang harus selalu benar, melainkan soal saling mendukung. Anak bisa tetap menghormati orang tua tanpa kehilangan arah hidupnya sendiri.
Komunikasi terbuka, rasa saling percaya, dan pemahaman akan perbedaan zaman sangat membantu menciptakan relasi yang sehat. Daripada sekadar menuntut kepatuhan, orang tua bisa menjadi teman berpikir yang bijak bagi anak-anaknya.