Kenapa Fresh Graduate Sering Ditolak HRD Padahal IPK Bagus?
- https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-memegang-tidak-bahagia-tidak-senang-9829493/
Lifestyle, VIVA Bali – Banyak fresh graduate dengan IPK memuaskan merasa kecewa karena sering ditolak saat melamar kerja. Padahal mereka pikir punya nilai akademik tinggi sudah jadi jaminan diterima. Kenyataannya, perusahaan sering menolak karena alasan yang mungkin belum terpikir: bukan soal nilai, tapi soal kesiapan menghadapi dunia kerja.
IPK bagus tidak selalu mencerminkan kompetensi kerja
Perusahaan semakin menyadari bahwa nilai tinggi saat kuliah tidak selalu sejalan dengan kemampuan kerja. Banyak fresh graduate belum mampu mengubah teori menjadi tindakan konkret. Survey dari lembaga di AS menunjukkan perbedaan besar antara persepsi mahasiswa dan recruiter soal kemampuan kritis dan penyelesaian masalah. Artinya, meski mahasiswa merasa siap, recruiter berpikir sebaliknya.
Minim pengalaman jadi kendala utama
Tanpa pengalaman magang, proyek nyata, atau partisipasi aktif di organisasi, banyak fresh graduate sulit bersaing dengan kandidat lain. Prihatinya, beberapa program entry level di perusahaan global mengharuskan setidaknya satu tahun pengalaman — yang ironisnya tidak semua lulusan baru punya. Tanpa internship atau pengalaman freelance yang relevan, HR cenderung memilih kandidat lain.
HR biasanya melakukan penyaringan awal via GPA dan asal kampus
Banyak perusahaan menggunakan sistem otomasi (ATS) untuk sortir kandidat awal berdasarkan GPA dan reputasi universitas. Jika kamu berasal dari perguruan tinggi kurang dikenal atau punya IPK yang tidak memenuhi batas minimum, otomatis tersingkir sebelum bisa dipertimbangkan lebih lanjut. Ini bukan soal kamu, tapi sistem standar penyaringan.
CV dan kemampuan komunikasi masih jadi batu sandungan
CV yang terlalu panjang, informal, atau tidak relevan sering membuat recruiter langsung skip. Di sisi lain, komunikasi yang terlalu casual atau kurang profesional saat interview juga merugikan fresh graduate. HR lebih menghargai kandidat yang bisa menyampaikan tujuan karier secara jelas, sopan, dan percaya diri—bukan hanya sekadar lulusan nilai tinggi.
Sikap, kepribadian, dan soft skill yang dibutuhkan
Banyak perekrut menilai lebih dari sekadar ijazah. Mereka cari kandidat dengan integritas, inisiatif, dan kemampuan bekerja dalam tim. Kandidat yang terlalu pendiam atau tidak punya hobi dan minat selain akademik dianggap kurang proaktif. Di banyak diskusi online, recruiter menyebut kandidat lebih menyukai orang yang aktif dan punya semangat.
Nilai IPK hanya berguna dalam dua tahun pertama karier
Menurut mantan HR Google, GPA punya dampak terhadap pekerjaan hanya sampai sekitar dua tahun pertama setelah lulus. Setelah itu, prestasi kerja dan kontribusi nyata lebih diutamakan. Dengan kata lain, nilai kuliah hanya membuka pintu pertama, selebihnya tergantung bagaimana kamu bersinar di kantor.