Batuk Tak Kunjung Sembuh? Bisa Jadi TBC! Ini Cara Deteksi dan Cegahnya
- https://www.pexels.com/photo/sick-woman-wiping-her-nose-with-tissue-3783806/
Kesehatan, VIVA Bali – Penyakit Tuberkulosis (TBC) masih menjadi ancaman kesehatan serius di Indonesia. Menurut data Kementerian Kesehatan, sebanyak 134 ribu orang meninggal dunia akibat TBC setiap tahun. Artinya, dua orang meninggal setiap lima menit karena penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dan disembuhkan.
Guru Besar Pulmonologi sekaligus Direktur Pascasarjana Universitas Yarsi, Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, mengingatkan bahwa masyarakat perlu mengambil peran aktif dalam menghentikan rantai penularan TBC. Ada empat langkah utama yang disebutnya sebagai strategi pencegahan yang efektif.
1. Segera Obati Pasien TBC
Langkah pertama, kata Prof. Tjandra, adalah mengobati pasien TBC sesegera mungkin. Penularan TBC terjadi lewat udara ketika pasien batuk, bersin, atau bahkan berbicara. Bila tidak segera diobati, satu orang bisa menularkan penyakit ini ke belasan orang lainnya.
“Kalau ada yang sakit, maka harus segera diobati agar tidak menular ke orang lain,” ujarnya saat dihubungi dari Jakarta, Kamis.
2. Vaksinasi BCG untuk Bayi
Langkah kedua adalah pemberian vaksin BCG pada bayi baru lahir, yang bertujuan mencegah bentuk berat TBC dan kematian pada anak-anak. Meskipun vaksin ini belum memberikan perlindungan penuh terhadap TBC pada orang dewasa, Prof. Tjandra menekankan pentingnya vaksin ini sebagai perlindungan awal.
“Kalau nanti benar-benar akan ada vaksin baru untuk TBC, maka tentu akan lebih baik, tetapi masih harus ditunggu hasil uji kliniknya,” tambahnya.
3. Terapi Pencegahan TBC (TPT)
Langkah ketiga adalah pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) kepada orang-orang yang tinggal serumah dengan pasien TBC, terutama yang memiliki risiko tinggi. Terapi ini diberikan untuk membunuh bakteri laten yang belum aktif, mencegah mereka berkembang menjadi penyakit TBC aktif.
4. Hidup Bersih dan Sehat
Langkah terakhir adalah menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Hal ini mencakup menjaga kebersihan diri dan lingkungan, konsumsi makanan bergizi, istirahat cukup, serta menghindari kebiasaan buruk seperti merokok.
“Menjaga daya tahan tubuh adalah senjata alami kita dalam mencegah berbagai infeksi, termasuk TBC,” ujar Prof. Tjandra.
Prof. Tjandra juga menyebut bahwa WHO telah merekomendasikan pengobatan TBC selama empat bulan untuk kasus tertentu. Meski efektif dan lebih singkat dari terapi standar enam bulan, terapi ini belum banyak digunakan di Indonesia.
“Mungkin negara tetangga sudah ada yang pakai, tapi tampaknya Indonesia belum menerapkannya secara luas,” ungkapnya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa pemerintah telah menyediakan layanan deteksi dan pengobatan TBC secara gratis. Ini merupakan bagian dari Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC), upaya negara untuk mengurangi beban TBC dan memperkuat kualitas sumber daya manusia Indonesia.
“Tugas kita adalah menemukan penderita TBC di sekitar kita, memberikan pengobatan sampai selesai, dan memberikan obat pencegahan bagi orang yang tinggal serumah,” tegas Menkes.
Jika Anda atau orang terdekat mengalami batuk berdahak lebih dari dua minggu, penurunan berat badan, atau berkeringat di malam hari tanpa sebab yang jelas, segera periksakan diri ke layanan kesehatan. Deteksi dini adalah kunci agar TBC bisa diobati sebelum menular ke orang lain.
Tuberkulosis masih menjadi “pembunuh senyap” di Indonesia. Meski dapat dicegah dan disembuhkan, penyakit ini terus merenggut ribuan nyawa karena keterlambatan deteksi dan penanganan. Melalui empat langkah pencegahan sederhana yaitu pengobatan cepat, vaksinasi, terapi pencegahan, dan gaya hidup sehat kita bisa bersama-sama mewujudkan Indonesia Bebas TBC.