Bau Nyale, Ritual Mistis Putri Mandalika yang Mendunia

Ribuan orang mengikuti tradisi Bau Nyale
Sumber :
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Bau_Nyale

Tradisi, VIVA BaliIndonesia dikenal kaya akan tradisi dan budaya yang unik. Salah satunya adalah Tradisi Bau Nyale di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Ritual ini tidak hanya pesta rakyat, melainkan juga simbol kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun.

Muwon Namo, Ritual Kuno Suku Batin Sembilan untuk Memohon Hujan dan Harmoni Alam di Jambi

Bau Nyale berasal dari bahasa Sasak “bau” berarti menangkap, sedangkan “nyale” adalah sejenis cacing laut yang muncul setiap tahun pada bulan Februari–Maret. Masyarakat percaya bahwa “nyale” merupakan jelmaan Putri Mandalika, sosok putri cantik yang rela berkorban demi mencegah peperangan antar raja.

Seperti yang dikutip dari jurnal Triwikrama, masyarakat Sasak memaknai tradisi ini bukan sekadar menangkap cacing laut, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan terhadap legenda Putri Mandalika dan identitas budaya Lombok.

Bakar Tongkang, Warisan Tionghoa yang Hidup di Riau

Nilai Mistis, Sosial, dan Budaya

Tradisi Bau Nyale menyimpan beragam nilai luhur:

Tradisi Brobosan, Benarkah Bertentangan dengan Islam?

1.   Nilai spiritual

     Mengajarkan penghormatan terhadap alam dan pengorbanan Putri Mandalika.

2.   Nilai sosial

     Masyarakat bergotong royong, memperkuat solidaritas, dan menjaga kebersamaan.

3.   Nilai budaya

     Ditandai dengan festival meriah, parade adat, drama kolosal Putri Mandalika, hingga musik tradisional Gendang Beleq.

Menurut penelitian yang dikutip dari jurnal Triwikrama, Bau Nyale tidak hanya sebuah ritual adat, tetapi juga cermin solidaritas masyarakat Sasak dalam menjaga persatuan dan warisan leluhur.

Dampak Ekonomi

Selain bernilai mistis, Bau Nyale juga menjadi penggerak pariwisata dan ekonomi lokal. Ribuan wisatawan domestik hingga mancanegara datang ke Lombok untuk menyaksikan festival ini.

Banyak pedagang lokal memanfaatkan momen ini dengan menjajakan kuliner khas, termasuk olahan nyale yang dimasak dengan cara digoreng, dibakar, atau dijadikan hidangan tradisional.

Festival ini kini menjadi event tahunan yang berhasil meningkatkan kunjungan wisatawan sekaligus membuka peluang ekonomi bagi masyarakat setempat.

Ritual Sakral yang Dinanti

Pelaksanaan tradisi Bau Nyale biasanya dimulai sejak dini hari. Ribuan orang berbondong-bondong menuju pantai dengan membawa jaring, senter, dan wadah.

Sebelum penangkapan dimulai, tetua adat menggelar ritual sakral nende ayu ayuning jagad untuk menyambut roh Putri Mandalika. Puncak acara terjadi saat nyale muncul di permukaan laut, momen yang dianggap sebagai tanda keberkahan, kemakmuran, dan kesuburan.

Ritual ini bukan hanya untuk kesenangan, melainkan juga sarana spiritual dan penghormatan yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Di era modern, Tradisi Bau Nyale tetap bertahan dan bahkan semakin dikenal dunia. Pemerintah daerah pun memasukkannya ke dalam kalender festival tahunan, lengkap dengan berbagai atraksi budaya.

Pelestarian tradisi Bau Nyale bukan hanya menjaga identitas masyarakat Sasak, tetapi juga memperkuat citra Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan kearifan lokal.