Sejarah dan Makna Tari Melinting, Tarian Kerajaan Lampung
- https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Tari_Melinting_5.jpg
Budaya, VIVA Bali –Tari Melinting adalah tarian tradisional dari Lampung Timur yang sarat sejarah dan filosofi. Menurut catatan Perpustakaan Digital Budaya Indonesia, tarian ini berasal dari kerajaan Melinting dan awalnya hanya diperagakan oleh anggota kerajaan. Pelaksanaannya terbatas di balai adat dan acara Gawi Adat kerajaan. Seiring waktu, Melinting kemudian terbuka untuk publik, tetapi sejarah dan akar tradisinya tetap dijaga.
Dalam penelitian dari Dibyo Harsono yang diterbitkan oleh Jurnal Patanjala, Tari Melinting memiliki makna mendalam selain keindahan geraknya. Data penelitian menunjukkan bahwa kata “Melinting” tak hanya merujuk nama wilayah adat, tetapi juga tumbuhan dan istilah budaya lokal. Penari dan gerakannya sering dimaknai sebagai cerminan kehidupan masyarakat Melinting, yaitu tentang keseimbangan, adat, dan hubungan manusia dengan alam sekitar.
Asal-usul Tari Melinting sangat terkait erat dengan kerajaan Melinting. Seperti dicatat oleh Perpustakaan Digital Budaya Indonesia, tarian ini diciptakan oleh Pangeran Panembahan Mas atas izin kerajaan dan awalnya hanya boleh dibiaskan oleh keluarga raja. Hal ini menandakan bahwa Melinting bukan sekadar hiburan, melainkan bagian dari identitas dan eksklusivitas budaya kerajaan yang kemudian melebur ke masyarakat luas.
Dalam segi seni pertunjukan, Melinting diiringi oleh ansambel musik khas seperti gamelan Talo Bala, yang dalam instrumennya mencakup kelittang, talo, gendang, bende, dan canang. Musik itu menciptakan nuansa yang khas, penuh kelembutan dalam adegan intro, kemudian menguat ketika klimaks tarian. Perpustakaan Digital Budaya Indonesia juga menyebutkan bahwa iringan musik itu bukan sekadar latar, tetapi elemen integral yang menentukan suasana dan warna ekspresi tarian.
Perkembangan Tari Melinting tak lepas dari dinamika zaman. Dalam penelitian, digambarkan bagaimana tarian ini mengalami modifikasi dalam aspek gerak, pola lantai, kostum, dan tata rias untuk menyesuaikan pertunjukan modern. Meski begitu, perubahan tersebut tetap mempertahankan inti filosofinya. Narasi penelitian mengungkap bahwa perubahan ini adalah bagian dari strategi pelestarian budaya agar Melinting tetap relevan.
Salah satu aspek menarik dalam Melinting adalah nilai karakter yang ditanamkan melalui gerakannya. Hasil kajian menunjukkan bahwa gerak seperti Balik Palau, Sukhung Sekapan, Babar Kipas dan lain-lain mengandung nilai profil pelajar Pancasila seperti gotong royong, kreatifitas, dan keberagamaan. Gerakan-gerakan ini bukan asal estetika, tetapi sarat makna bagi masyarakat modern.
Tantangan pelestarian Melinting bukan kecil. Keterbatasan jumlah penari yang memahami peran historis dan filosofi tarian, serta persaingan seni populer, menjadi ancaman nyata. Namun di tangan komunitas budaya Lampung, Melinting tetap tampil di festival, kegiatan adat, dan pertunjukan kebudayaan sebagai simbol identitas lokal.