Tari Ronggeng Blantek, Jejak Seni Betawi yang Memadukan Keanggunan dan Gerakan Modern
- https://www.senibudayabetawi.com/6010/tari-ronggeng-blantek-asa-tari-kreasi-perempuan-betawi-dapat-berterima-di-semua-lapisan-masyarakat.html
Budaya, VIVA Bali – Tari Ronggeng Blantek merupakan tari kreasi Betawi yang dikembangkan oleh Dinas Kebudayaan DKI Jakarta pada tahun 1978 sebagai bagian dari pertunjukan rakyat Topeng Blantek. Awalnya, tari ini berfungsi sebagai pembuka dalam pertunjukan Topeng Blantek, namun kini menjadi pelengkap sekaligus tampil secara mandiri dalam berbagai acara budaya Betawi, termasuk penyambutan tamu kehormatan (wikipedia.org).
Tarian ini lahir dari seni teater tradisional Betawi, Topeng Blantek, yang menggabungkan unsur lawakan dan peran. Nama “Blantek” diambil dari bunyi khas alat musik pengiring seperti rebana biang dan kecrek yang menghasilkan suara “blang blang tek tek”. Topeng Blantek sendiri dulunya merupakan pertunjukan rakyat yang menghibur para tuan tanah dengan cerita kehidupan masyarakat Betawi yang dikemas humoris (indonesiakaya.com).
Koreografer tari Ronggeng Blantek dilansir dari senibudayabetawi.com adalah Wiwiek Widiyastuti, yang mendalami seni tari di berbagai institusi seni ternama. Wiwiek mengembangkan tari ini sebagai kreasi baru yang terlepas dari pertunjukan Topeng Blantek, dengan struktur tari yang terdiri dari tiga bagian utama: pendahuluan dengan gerakan lemah gemulai dan ritme santai, isi dengan gerakan enerjik dan ritme cepat, serta penutup yang memasukkan gerakan silat Betawi sebagai klimaks. Tarian ini biasanya dibawakan oleh 4-6 penari perempuan dengan kostum kebaya merah muda, kain tumpal putih, selendang bermotif burung hong, serta aksesoris kepala seperti kembang topeng, kalung bunga teratai, pending, dan anting kuning. Motif burung hong menunjukkan pengaruh budaya Tionghoa, sementara busana dan gerakan tari mempertimbangkan nilai kesopanan sesuai budaya Islam Betawi.
Pengiring tari Ronggeng Blantek menggunakan gamelan topeng Betawi yang terdiri dari rebab, kenong, kecrek, dan terkadang rebana biang. Variasi musik juga melibatkan alat musik tanji seperti terompet, trombone, gendang, gong, dan simbal. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta telah memformalkan 31 gerakan dasar tari ini yang meliputi koordinasi kaki, badan, tangan, dan kepala. Gerakan khas tari Ronggeng Blantek cepat, enerjik, dan luwes dengan nama-nama unik seperti lenggang rongeh, ogek, selancar ngepik, pakblang, dan goyang cendol ijo (wikipedia.org).
Tari Ronggeng Blantek tidak hanya menjadi bagian penting dalam pertunjukan Topeng Blantek, tetapi juga tampil sebagai tarian mandiri dalam berbagai acara budaya Betawi. Keberadaannya menjadi simbol kebangkitan seni tradisional Betawi yang sempat terpinggirkan akibat modernisasi. Melalui tari ini, masyarakat Betawi dapat melestarikan identitas budaya sekaligus menampilkan seni yang dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat, termasuk kalangan santri yang awalnya meragukan tarian perempuan dengan gerakan lenggok. Dengan kostum megah, iringan musik tradisional, dan gerakan yang memadukan seni tari dan silat, Tari Ronggeng Blantek menjadi wujud kreativitas dan keberagaman budaya Betawi yang hidup dan terus berkembang hingga kini.