Ritual, Seni, dan Pesta Rakyat dalam Festival Erau Kalimantan Timur
- https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Erau_2012_(5).jpg
Tradisi, VIVA Bali –Festival Erau adalah perhelatan budaya tahunan terbesar di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, yang menyimpan akar sejarah dalam tradisi Kesultanan Kutai. Menurut informasi dari Indonesia Kaya, Festival Erau telah mengalami transformasi signifikan, dari pesta rakyat internal kerajaan menjadi festival budaya berskala internasional yang memadukan unsur tradisi dan kontemporer.
Kata “Erau” sendiri berasal dari bahasa Melayu Kutai “eroh,” yang bermakna keramaian atau pesta rakyat. Pada masa lampau, Erau merupakan hajatan besar Kesultanan Kutai yang dijalankan selama 40 hari 40 malam, sebagai wujud syukur atas berkah hasil bumi serta pengakuan terhadap penguasa lokal. Dalam tradisi itu, masyarakat dari seluruh penjuru kesultanan berkumpul, membawa hasil panen, dan menyaksikan berbagai upacara adat. Indonesia Kaya juga menyebut bahwa Erau dulu hanya boleh diselenggarakan oleh keluarga kerajaan, namun kini telah terbuka untuk publik sebagai bentuk pelestarian budaya.
Dalam perkembangannya, Erau tidak hanya mempertahankan ritual-ritual tradisional, tetapi juga menyesuaikan dengan dinamika zaman. Studi dari Jurnal Humanitis menyebut bahwa festival ini saat ini dijalankan sebagai manifestasi kearifan lokal yang dipadukan dengan elemen modern. Penyelenggara menyajikan rangkaian acara mulai dari upacara adat, pertunjukan seni, lomba olahraga tradisional, hingga pagelaran budaya luar negeri sebagai bagian dari Erau International Folklore Festival. Transformasi ini memungkinkan Erau menjadi ajang budaya yang menarik wisatawan domestik dan mancanegara.
Upacara khas Erau memuat banyak ritual simbolik. Prosesi pembukaan festival biasanya ditandai dengan penyalaan “Brong” oleh Sultan, Gubernur, dan pejabat setempat sebagai penanda resmi dibukanya Erau. Acara seperti Menjamu Benua, Merangin, Mendirikan Ayu, dan upacara pelantikan adat ikut mewarnai keseluruhan festival. Dalam artikel Indonesia Kaya, disebutkan bahwa Erau juga sering dimeriahkan oleh lomba olahraga tradisional, pameran budaya, dan pertunjukan kesenian lokal yang memperkaya ragam kegiatan selama festival berlangsung.
Nilai sosial yang terkandung dalam Erau sangat kuat. Dalam informasi dalam Jurnal Humanitis menekankan bahwa festival ini berfungsi sebagai wahana penguatan identitas sosial masyarakat Kutai melalui kearifan lokal. Meskipun banyak pendatang yang datang ke daerah tersebut, Erau menjadi momen pengukuhan nilai-nilai budaya Kutai agar tetap lestari dan tidak tergeser oleh modernitas. Nilai gotong-royong, penghormatan terhadap leluhur, serta rasa bangga terhadap warisan lokal disuburkan melalui festival ini.
Tantangan dalam pelestarian Erau pun ada. Modernisasi, keterbatasan anggaran, dan perubahan selera masyarakat menjadi hambatan. Namun masyarakat Kutai dan pemerintah daerah terus berupaya menjaga keberlangsungan festival ini. Melalui kerjasama lintas institusi budaya, peningkatan kualitas pertunjukan, serta promosi ke pasar pariwisata, Erau berusaha mempertahankan relevansinya di era global.
Festival Erau mengingatkan kita bahwa tradisi tidak harus tertinggal. Ketika ritual-adat dan seni kontemporer berpadu, Erau menjadi cermin bagaimana budaya lokal bisa beradaptasi, tanpa kehilangan akar, dan tetap menjadi ruang perayaan identitas, kebersamaan, dan estetika masyarakat Kutai.