Topeng Pajegan, Tari Ritual Penuh Makna

Topeng Pajegan, Warisan Leluhur yang Hidup
Sumber :
  • https://id.pinterest.com/pin/800233427521176025/

Gumi Bali, VIVA Bali – Topeng Pajegan adalah salah satu jenis dramatari topeng Bali yang unik, di mana seorang penari memerankan berbagai karakter dalam satu pertunjukan. Pertunjukan ini biasanya terkait dengan upacara keagamaan Hindu di Bali dan dianggap sebagai media penyebaran nilai-nilai karakter. Karena fungsinya dalam upacara, Topeng Pajegan juga dikenal sebagai Topeng Wali.

Makna Simbolik di Balik Motif Kain Prada Bali

Tari topeng Pajegan termasuk dalam kategori topeng Wali karena ia berfungsi sebagai sarana upacara keagamaan. Pertunjukan ini dibawakan oleh seorang penari yang memborong semua peran yang ada dalam cerita. Istilah pajegan mengacu pada kegiatan pedesaan masyarakat agraris Bali yang berarti "memborong", dan kini digunakan untuk menyebut penari tunggal dalam pertunjukan ini. Kisah berkembang secara utuh melalui satu pemain, dengan tema-tema yang bersumber dari babad atau cerita semi-sejarah, dan puncaknya adalah penampilan tokoh Sidhakarya.

Topeng Sidhakarya merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan sakral di Bali yang menjadi bagian dari dramatari Topeng Pajegan. Keberadaan Topeng Pajegan Sidhakarya ini erat kaitannya dengan upacara keagamaan (wali), sehingga Topeng Sidhakarya lebih sering disebut Topeng Wali. Kemunculannya sebagai tokoh terakhir dalam pertunjukan menjadi penanda bahwa seluruh rangkaian upacara telah sempurna secara ritual.

Sejarah dan Peran Tunggal

Intip! Peran Ganda Perempuan Bali yang Bikin Pariwisata Mendunia

Menurut catatan budaya lokal, Topeng Pajegan pertama kali berkembang di Gelgel sekitar tahun 1665 hingga 1668 setelah topeng dari Jawa dibawa sebagai rampasan perang. Dalam satu kali pementasan, penari mengenakan lima hingga enam topeng berbeda yang mewakili berbagai karakter seperti patih, dalem, bondres, keras, dan tua. Setiap karakter menyampaikan pesan moral dan nilai spiritual tertentu.

Seorang penari Topeng Pajegan bukan hanya seniman, tetapi juga pemegang tanggung jawab spiritual. Ia harus memiliki tingkat pemahaman rohani yang tinggi karena tugasnya bukan hanya menari, tapi juga menyampaikan pencerahan kepada penonton tentang makna dan tujuan upacara yang sedang dijalankan. Seorang penari topeng Pajegan berperan layaknya seorang dalang dalam pertunjukan wayang kulit di Jawa—seorang orator yang piawai, pengisah yang kuat, sekaligus komunikator spiritual.

Fungsi Ritual dan Nilai Sakral

Halaman Selanjutnya
img_title
Taman Bumi, Bukan Sekedar Warisan Alam dan Budaya