Dari Sanggah ke Galeri, Transformasi Seni Ukir Sakral Bali Menjadi Karya Seni Kontemporer

Jejak leluhur terukir dalam sunyi
Sumber :
  • https://warriorsdivine.com/cdn/shop/articles/spiritual-significance-of-balinese-wood-carvings-mindfulness-2_1024x1024.jpg?v=1718698635

Gumi Bali, VIVA Bali – Bali tidak hanya dikenal dengan panorama alamnya yang memukau, tetapi juga dengan warisan budaya yang kaya, khususnya seni ukir kayu sakral. Dari pahatan pada pelinggih di kompleks pura hingga instalasi kontemporer di galeri modern, ukir Bali telah mengalami perjalanan Panjang mengakar dalam tradisi ritual, lalu berevolusi menjadi ekspresi artistik yang menembus batas konvensional.

Asal-Usul dan Fungsi Sanggah Sakral

4 Pertunjukkan Kesenian Khas Bali yang Jadi Favorit Wisatawan

Sanggah, sering disebut pula pura dadia atau pura panti, merupakan kecilnya pura keluarga yang dibangun di pekarangan rumah adat Bali. Fungsi utamanya adalah sebagai tempat bersembahyang dan memuja leluhur serta manifestasi Sang Hyang Widhi di setiap keluarga. Ornamen ukiran yang menghiasi sanggah tidak sekadar hiasan; setiap pola dan motif seperti flora, hewan mitologis, hingga Widyadhara mewakili doa, nilai-nilai kosmologi Hindu Bali, dan perlindungan spiritual.

Ragam Motif dan Bahasa Visual

Jika diperhatikan, ukiran di Bali dapat dibedakan menjadi beberapa aliran berdasarkan wilayah dan fungsinya. Desa Ubud misalnya, dikenal dengan pola ukir yang lebih naturalistik, menonjolkan detail flora dan fauna sebagai simbol keseimbangan manusia dengan alam. Sementara itu, kamus budaya Bali mencatat empat kategori besar seni rupa patung, lukis, bangunan, dan kriya di mana ukir kayu (kriya) memegang peranan penting dalam representasi spiritual dan estetika masyarakat Bali.

Seni Ukir Sebagai Media Ritual

Mitos, Legenda, dan Tragedi Selat Bali yang Masih Dipercaya

Dalam konteks upacara Wali (sakral), ukiran pura bukan sekadar latar. Relief pada pintu, meru (menara bertingkat), hingga lempeng penjuru (ina nguliling) menjadi media komunikasi antara yang kasatmata dan alam gaib. Penempatan pahatan mulai dari gapura candi bentar hingga penjor diatur sedemikian rupa agar aliran energi spiritual mengalir lancar, selaras dengan konsep niskala (tak tampak) dan sekala (tampak).

Halaman Selanjutnya
img_title