Taman Bumi, Bukan Sekedar Warisan Alam dan Budaya
- https://images.app.goo.gl/8DJ32eat38TeFUmF6
Gumi Bali, VIVA Bali – Indonesia menunjukkan kepada dunia bahwa pelestarian lingkungan tidak hanya soal regulasi, tetapi juga narasi hidup masyarakat, melalui Taman Bumi.
Setiap pengakuan internasional terhadap kekayaan alam Indonesia bukan hanya menjadi kabar baik, melainkan juga pengingat akan besarnya tanggung jawab untuk melestarikannya. Pada April 2025, Indonesia kembali menorehkan prestasi melalui pengakuan dua geopark nasional sebagai bagian dari Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO). Kali ini UNESCO Global Geoparks (UGGp) menetapkan Taman Bumi (Geopark) Kebumen di Jawa Tengah dan Geopark Meratus di Kalimantan Selatan.
Dari laman Indonesia.go.id, pengakuan ini diumumkan pada Sidang ke-221 Dewan Eksekutif UNESCO di Paris, Prancis, 2-17 April 2025. Bagi Indonesia, ini berarti sudah ada 12 geopark yang resmi diakui dunia, memperkuat posisi Nusantara sebagai negara megabiodiversitas dengan warisan geologi, budaya, dan ekosistem luar biasa.
“Pengakuan UNESCO ini merupakan bukti nyata kontribusi Indonesia dalam menjaga warisan bumi yang bernilai universal,” Delegasi tetap RI untuk UNESCO, Mohamad Oemar.
Status UGG memberikan tanggung jawab kepada taman-taman bumi untuk melestarikan, mengelola secara berkelanjutan, dan mempromosikan kekayaan geologis dan budaya.
UNESCO Global Geoparks bukanlah destinasi wisata biasa. Status ini menandai kawasan geografis dengan nilai geologis internasional, yang dikelola dengan pendekatan edukasi, konservasi, dan pembangunan berkelanjutan. Konsep ini berbasis partisipasi masyarakat lokal (bottom-up), menempatkan penduduk setempat sebagai penjaga sekaligus pelaku utama pelestarian dan pemanfaatan kawasan.
Dengan pengakuan ini, Indonesia tidak hanya memamerkan keindahan alamnya, tetapi juga menunjukkan komitmen dalam perlindungan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan berbasis pengetahuan lokal dan keberlanjutan.
Pengakuan sebagai UNESCO Global Geopark bukanlah titik akhir, melainkan awal dari tanggung jawab besar. Kawasan-kawasan ini harus dikelola dengan prinsip konservasi dan keberlanjutan, menjadi contoh bagaimana pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan bisa berjalan beriringan.
Seperti yang disampaikan Direktur Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay, geopark adalah “mercusuar pembangunan berkelanjutan.” Ia menekankan pentingnya peran masyarakat lokal dalam menjaga warisan bumi serta menyelenggarakan kegiatan edukatif yang mengakar pada budaya setempat.
Melalui taman bumi, Indonesia menunjukkan kepada dunia bahwa pelestarian lingkungan tidak hanya soal regulasi, tetapi juga narasi hidup masyarakat. Dari puncak Meratus hingga karst Kebumen, tiap jengkal tanah membawa kisah jutaan tahun yang kini menjadi bagian dari identitas global.