Falsafah Tri Hita Karana di Bali, Kearifan Lokal yang Menginspirasi Dunia

Falsafah Tri Hita Karana Jadi Fondasi Kehidupan di Bali
Sumber :
  • https://www.shutterstock.com/search/tri-hita-karana

Palemahan adalah hubungan harmonis manusia dengan lingkungan. Dalam pandangan masyarakat Bali, alam bukan sekadar objek yang bisa dieksploitasi, melainkan memiliki roh atau energi yang harus dihormati.

Pesona Melasti! Melihat lebih Dekat Tradisi Unik Khas Bali

Inilah yang mendasari lahirnya sistem subak, yaitu sistem pengairan sawah berundak yang sudah ada sejak abad ke-9 dan kini diakui sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO.

Selain itu, masyarakat Bali sangat memperhatikan aspek keseimbangan dalam pembangunan. Mereka meyakini bahwa pelanggaran terhadap alam akan membawa malapetaka, sehingga aturan adat pun dibuat untuk melindungi kawasan suci, hutan, dan laut.

Rahasia Hidup Seimbang Ala Orang Bali, Bukan Sekadar Soal Ritual

Ritual-ritual seperti Tumpek Uduh (ritual untuk pohon) atau Tumpek Kandang (untuk hewan ternak) mencerminkan perhatian mendalam terhadap keberlangsungan lingkungan. 

Implementasi dalam Kehidupan Sehari-hari

Tri Hita Karana bukan sekadar slogan, ia hadir nyata dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bali. Beberapa contoh implementasinya adalah pada arsitektur rumah, penataan rumah adat Bali mengikuti prinsip Asta Kosala Kosali yang memperhatikan kesucian arah mata angin.

Megibung, Makan Bareng Ala Bali yang Lebih Dari Sekadar Kulineran

Di bidang pertanian, sistem subak memastikan distribusi air yang adil dan menjaga kelestarian ekosistem sawah.

Halaman Selanjutnya
img_title