Dari Desa Celuk untuk Dunia, Keindahan Perak Bali yang Mendunia

Perak Celuk Bali, Permata Tersembunyi di Gianyar
Sumber :
  • https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbbali/sejarah-kerajinan-perak-celuk-di-gianyar/

Gumi Bali, VIVA BaliPerak Celuk Bali merupakan hasil karya seni tempa logam yang lahir dari keterampilan masyarakat di Desa Celuk Gianyar. Desa ini telah lama dikenal sebagai sentra kerajinan tangan Bali yang menghasilkan perhiasan dan produk logam mulia dengan sentuhan khas Pulau Dewata. Kualitas dan desain uniknya menjadikan perak Celuk dikenal luas, tidak hanya di Indonesia tetapi juga hingga ke pasar mancanegara.

Sejarah & Warisan Kerajinan

Pesta Kesenian Bali, Panggung Agung Warisan Budaya

Kerajinan perak Bali dari Celuk mulanya dikembangkan dalam skala rumah tangga sejak era Kerajaan Sukawati. Pada masa itu, produk logam yang dibuat berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga bangsawan di Puri Sukawati dan sekitarnya. Ketika pemerintahan kolonial Hindia Belanda menetapkan Gianyar sebagai pusat administrasi pada 1912, ketenaran Desa Celuk Gianyar pun mulai dikenal oleh dunia luar.

Tokoh awal yang berperan penting adalah I Wayan Klesir, atau Nang Gati, yang keahliannya kemudian diwariskan kepada putranya, I Nyoman Gati. Ia bahkan menimba ilmu ke Kerajaan Mengwi untuk memperdalam teknik ukiran. Sepulangnya ke Celuk, keahlian tersebut diajarkan kepada keluarga dan tetangga sekitar, yang turut membangun ekosistem pengrajin perak Bali di desa tersebut.

Motif Hias Tradisional & Inovasi

Kembalinya Tenun Geringsing untuk Kalangan Muda, Kolaborasi Desainer dengan Penenun Tenganan

Karya seni dari desa ini sarat akan motif hias Bali yang mengambil inspirasi dari alam sekitar. Bentuk-bentuk seperti tumbuhan, hewan, dan unsur alam dituangkan dalam pola rupa seperti titik, garis, ruang, dan tekstur. Motif-motif ini telah diwariskan secara turun-temurun dan menjadi ciri khas dari kerajinan logam Bali.

Empat motif utama yang masih digunakan hingga kini adalah:

Halaman Selanjutnya
img_title
Melambung di Langit Bali, Layang-layang Tradisional Penuh Makna