Gamelan Digital, Kolaborasi Seniman Bali dan AI Menyemai Laras Baru
- https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/b5/Balinese_Gamelan.jpg/1200px-Balinese_Gamelan.jpg
Proyek-proyek kreatif kontemporer di Bali juga tak luput dari teknologi. Di Universitas Udayana bahkan digelar pentas riset neuro-musik yang melibatkan interfacing otak-otak dan seniman gamelan, memanfaatkan AI untuk memetakan “proses kreatif penciptaan gamelan baru” dan bagaimana otak bekerja saat itu. Ini menunjukkan bahwa penciptaan gamelan digital kini melibatkan disiplin ilmu komputer, neuro-sains, dan kesenian tradisi.
Bahkan karya sederhana pun muncul, misalnya seorang pelajar SMP di Buleleng membuat alat gamelan digital berbasis mikrokontroler Arduino yang dapat “menyesuaikan nada dari gamelan asli”. Inovasi-inovasi ini mencerminkan semangat generasi muda Bali yang memadukan hobi teknologi dengan pelestarian kearifan lokal.
Nilai Budaya Dijaga atau Ditransformasi
Kolaborasi dengan mesin mengundang pertanyaan tentang nilai-nilai Bali yang bertahan. Secara tradisi, gamelan sarat akan swadana (jiwa), gotong royong, dan konteks upacara. Seniman senior menekankan pentingnya “rasa” atau kesadaran manusiawi dalam bermusik, yang tak tergantikan oleh kecanggihan teknologi.
Di sisi lain, komposer seperti Ary Wijaya berpendapat setiap budaya musik gamelan ataupun Barat punya kelebihannya masing-masing. Menurut Ary Wijaya, kelebihan-keuntungan ini menarik untuk digabungkan menjadi repertoar baru, tanpa menurunkan orisinalitas dan otentisitas nilai seni gamelan. Artinya, inovasi melalui AI bisa berlangsung sejauh nilai luhur tetap dihormati.
Aspek-aspek kearifan lokal seperti pola irama ritmis yang spesifik, filosofi upacara, atau semangat kolektif gamelan harus tetap dihayati oleh pencipta. Jika berhasil, gamelan digital tak hanya kaya nada, tapi juga bermakna.