Menikmati Soto Gerabah dalam Hangatnya Tradisi Leluhur
- https://jadesta.kemenparekraf.go.id/paket/soto_gerabah_dewi_mulia
Kuliner, VIVA Bali – Soto gerabah kini dikenal sebagai kuliner tradisional yang disajikan dengan cara unik, yakni menggunakan mangkuk dari tanah liat. Namun lebih dari sekadar tampilan yang klasik, soto gerabah ternyata memiliki akar budaya yang panjang, bahkan dipercaya telah ada sejak masa Kerajaan Majapahit.
Penggunaan gerabah dalam penyajian makanan sudah dikenal luas sejak zaman kerajaan di Nusantara. Pada masa Majapahit, teknik membuat wadah dari tanah liat berkembang pesat, digunakan untuk menyimpan air, memasak, hingga menyajikan makanan. Gerabah bukan sekadar alat, tetapi bagian dari budaya makan masyarakat agraris kala itu. Sajian panas dalam wadah tanah liat dipercaya mampu mempertahankan kehangatan alami serta memberi cita rasa yang lebih meresap.
Soto sebagai makanan berkuah pun turut hadir dalam budaya makan Jawa. Versi awalnya mungkin belum disebut “soto”, namun sajian berkuah hangat dengan isian daging dan rempah lokal seperti kunyit, serai, dan daun jeruk sudah lama menjadi bagian dari konsumsi sehari-hari masyarakat pesisir dan pedalaman Jawa. Soto gerabah pun muncul sebagai hasil penggabungan antara resep soto khas Jawa dan filosofi makan dalam gerabah yang diwariskan turun-temurun.
Hingga kini, soto gerabah masih banyak ditemukan di kawasan seperti Yogyakarta, Klaten, Solo, dan daerah Jawa Timur. Tidak hanya menyajikan rasa, soto ini juga menawarkan pengalaman makan yang membumi, akrab, dan penuh nilai historis. Sensasi menyantap makanan dalam wadah yang dibuat dari tanah menambah kedekatan dengan alam, sekaligus mengenang jejak nenek moyang.